MORE ARTICLES

Limbah Perkotaan Picu Lonjakan Metana: India Hadapi Ancaman Iklim di Tengah Urbanisasi

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – India kini menghadapi tantangan besar dalam pengendalian emisi metana, seiring melonjaknya limbah organik dari kawasan perkotaan. 

Sebagai negara penghasil emisi metana terbesar kedua di dunia, sektor limbah — khususnya dari kota-kota besar — menjadi sumber emisi yang makin mengkhawatirkan namun minim perhatian.

Swarna Dutt dari Energy Policy Institute at the University of Chicago, India Centre (EPIC India), dalam ASEAN Methane Energy High-Level Policy Dialogue di Jakarta, Rabu (4/6/2025), mengungkapkan bahwa kota seperti Delhi menghasilkan lebih dari 12.000 ton sampah per hari, dengan 50-55 persen di antaranya merupakan limbah organik penghasil metana.

Baca juga: Solusi Berbasis Alam dan Proyek Karbon, Strategi Kunci Indonesia Hadapi Krisis Iklim

“Hampir 20 persen emisi metana India berasal dari sektor limbah. Ini sektor yang skalanya sangat besar, tetapi justru paling sedikit mendapatkan perhatian,” ujar Dutt.

Proses urbanisasi yang cepat di India dan kawasan ASEAN — kini mencapai 50 persen dan diperkirakan meningkat 20 persen dalam 3-4 tahun ke depan — memperburuk krisis pengelolaan limbah. Kota-kota besar kekurangan infrastruktur pemrosesan limbah yang ramah lingkungan, sementara kondisi lingkungan dan suhu yang ekstrem mempercepat pelepasan gas rumah kaca.

“Kami hanya 25 kilometer dari salah satu TPA terbesar di Asia. Emisi metananya melonjak dua kali lipat dalam empat bulan terakhir karena suhu tinggi dan pengelolaan yang buruk,” tambahnya.

Meski demikian, teknologi pemantauan emisi berbasis satelit menawarkan harapan baru. Kini, lokasi dan volume emisi metana dari berbagai sumber — mulai dari TPA hingga tambang batu bara — dapat dipantau secara real-time.

“Data satelit telah menjadi game changer. Kita bisa tahu dari mana saja metana muncul, dan seberapa besar,” jelas Dutt.

EPIC India kini mengembangkan proyek percontohan yang memadukan teknologi pemantauan, intervensi pasar, serta pendekatan perubahan perilaku untuk menangani limbah organik secara sistematis. Tujuannya: mengubah limbah basah menjadi sumber energi terbarukan dan mengurangi emisi metana secara signifikan.

Baca juga: Indonesia-Inggris Luncurkan Program UK PACT Efisiensi Energi Tahap Dua, Fokus pada Bangunan Hijau dan Pembiayaan

Read also:  Kementerian PUPR Setuju Peningkatan Persentase Luas Permukaan Waduk untuk PLTS

Namun, Dutt menegaskan, upaya ini membutuhkan perhatian kebijakan yang lebih tegas.

“Metana bukan hanya urusan pertanian dan energi. Ini soal kota dan limbah. Dan yang paling mendesak, kita butuh data lokal yang bisa bicara dengan data global,” tegasnya.

Dengan menggabungkan data makro (satelit) dan mikro (studi lapangan), EPIC India berharap dapat mendorong kebijakan yang berbasis bukti dan cepat diimplementasikan. Namun, jendela kesempatan ini sempit. Respons cepat dan terintegrasi dibutuhkan untuk mencegah krisis metana menjadi bencana iklim berikutnya. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

KLH/BPLH Segel PT Xin Yuan Steel Indonesia karena Cemari Udara dan Timbun Limbah Ilegal

Ecobiz.asia — Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyegel dan menghentikan operasional tungku pembakaran milik PT Xin Yuan Steel Indonesia di Balaraja, Kabupaten...

PLN Nusantara Power Ambil Alih Penuh PLTMG Nias, Perkuat Keandalan Listrik di Kepulauan

Ecobiz.asia — PLN Nusantara Power (PLN NP) resmi mengambil alih penuh pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Nias berkapasitas 25 megawatt (MW), mempertegas...

Belajar dari Brasil, Bahlil Mau Tebu di Merauke Jadi Ethanol Saja

Ecobiz.asia — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan optimalisasi perkebunan tebu di Merauke untuk bahan baku ethanol. Inspirasi datang dari model...

Pertamina Siap Impor Minyak Mentah dari AS, Tunggu Payung Regulasi Pemerintah

Ecobiz.asia — PT Pertamina (Persero) menyatakan siap mengimpor minyak mentah dan LPG dari Amerika Serikat guna memperkuat pasokan kilang dalam negeri. Namun, rencana ini...

Indonesia Finalisasi Second NDC, Emisi Karbon Harus Turun 60 Persen hingga 2035

Ecobiz.asia — Pemerintah Indonesia tengah merampungkan dokumen Second Nationally Determined Contribution (Second NDC), yang akan menjadi arah kebijakan iklim nasional untuk periode 2031–2035. Dokumen ini...