Prospek Pasar Karbon Global Meningkat, Proyek Komunitas Punya Peluang Premium

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia — Direktur PT Biru Karbon Nusantara (Biru Karbon), Chabi Batur Romzini atau yang akrab dipanggil Bibah, menilai prospek pasar karbon global akan terus meningkat seiring penguatan standar dan meningkatnya permintaan dari korporasi global yang berkomitmen mencapai net zero.

Dalam paparannya pada “Kelas Karbon” Akademi Transisi Energi yang digelar IESR, Sabtu (25/10/2025), Bibah menjelaskan bahwa permintaan (demand) terhadap kredit karbon tumbuh lebih cepat dibandingkan pasokannya (supply), khususnya untuk kredit karbon berkualitas tinggi atau high-integrity credits.

“Buyer institusional makin mencari kredit dari proyek removal untuk memenuhi kebutuhan menghapus emisi residual,” ujarnya.

Read also:  Proyek REDD+ RBP GCF Output 1 Rampung, 103,8 Juta Dolar AS Tersalurkan Perkuat Aksi Iklim Indonesia

Menurut Bibah, tren ini membuat harga kredit karbon berintegritas tinggi, seperti proyek berbasis teknologi penyerapan karbon (carbon removal) dan nature-based solutions seperti mangrove dan biochar, naik signifikan di pasar sukarela (voluntary carbon market).

Harga biochar, misalnya, bisa mencapai lebih dari 80 dolar AS per ton, jauh di atas kredit energi terbarukan lama yang hanya sekitar 1–4 dolar AS per ton.

Bibah menambahkan, proyek komunitas seperti program biogas rumah tangga juga tetap diminati karena menawarkan manfaat sosial dan lingkungan yang kuat.

Read also:  KLH Susun Panduan Teknis Setiap MRA, Pastikan Integritas Tinggi Perdagangan Karbon

“Kalau dikemas dengan standar tinggi dan transparansi, proyek seperti ini bisa mencapai harga premium di kisaran 8–26 dolar AS per ton di pasar internasional,” katanya.

Ia menjelaskan, implementasi Article 6 Paris Agreement, penerapan Core Carbon Principles, serta digitalisasi pengukuran dan pelaporan (digital MRV) akan memperkuat kredibilitas pasar karbon global.

Selain itu, mekanisme baru seperti Mutual Recognition Agreement (MRA) antara Indonesia dan lembaga standar internasional seperti Gold Standard dan Verra akan membuka peluang bagi proyek nasional untuk menembus pasar global.

Read also:  IDX Carbon: Pasar Karbon Kian Terbuka dan Makin Fleksibel Pasca Perpres 110/2025

“Pasar compliance memang punya harga lebih tinggi dan stabil, tapi voluntary carbon market yang premium, high-integrity, dan removal bisa menembus level yang sama untuk segmen tertentu,” ujar Bibah.

Menurutnya, korporasi Indonesia memiliki dua peluang besar yaitu menjadi pengembang proyek karbon berkualitas tinggi di sisi pasokan, atau memanfaatkan perdagangan karbon sebagai strategi dekarbonisasi rantai pasok dan peningkatan reputasi. “Bisnis masa depan adalah bisnis yang selaras dengan planet,” tutupnya. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

KLH Susun Proses Bisnis Perdagangan Karbon Pasca Perpres 110/2025, Seperti Apa?

Ecobiz.asia - Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyusun proses bisnis perdagangan karbon pasca terbitnya Perpres Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Instrumen...

IDX Carbon: Pasar Karbon Kian Terbuka dan Makin Fleksibel Pasca Perpres 110/2025

Ecobiz.asia — Kepala Pengembangan Perdagangan Karbon Bursa Efek Indonesia (IDX Carbon), Edwin Hartanto, menjelaskan cara kerja pasar karbon nasional setelah terbitnya Peraturan Presiden (Perpres)...

Nasib MRA Perdagangan Karbon Pasca Perpres 110/2025, Ini Penjelasan Wamen LH

Ecobiz.asia - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup telah menandatangani sejumlah Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan lembaga pengembang standar karbon internasional untuk mendorong...

Kemenhut Siapkan Empat Aturan Turunan Perpres Nilai Ekonomi Karbon, Apa Saja?

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan menyiapkan empat peraturan menteri sebagai langkah cepat untuk memperkuat pelaksanaan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Instrumen...

Pasca Perpres 110/2025, KLH Rumuskan Langkah Strategis Penguatan Perdagangan Karbon

Ecobiz.asia - Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) akan merumuskan langkah strategis untuk memperkuat pelaksanaan perdagangan karbon pasca diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor...

TOP STORIES

Pertamina NRE Optimalkan Teknologi AI untuk Efisiensi dan Mitigasi Risiko Operasi

Ecobiz.asia — Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) memperkuat transformasi digitalnya dengan mengoperasikan ruang kendali berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama NOVA (New &...

KLH Susun Proses Bisnis Perdagangan Karbon Pasca Perpres 110/2025, Seperti Apa?

Ecobiz.asia - Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyusun proses bisnis perdagangan karbon pasca terbitnya Perpres Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Instrumen...

Integrasi Tata Ruang dan Industri Hijau Jadi Kunci Atasi Konflik Lahan dan Sumber Daya Alam

Ecobiz.asia — Integrasi tata ruang ekologis dan ekonomi berbasis One Map Policy dengan pendekatan lanskap berkelanjutan dinilai menjadi langkah strategis untuk mengatasi konflik pemanfaatan...

Patuh Bayar PNBP, BP Berau Jadi KKKS Terbaik Penghargaan Subroto 2025 Kategori 100 MBOEPD

Ecobiz.asia — BP Berau Ltd., operator proyek Tangguh LNG, meraih Penghargaan Subroto 2025 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) atas kepatuhan terbaik...

Kemenhut Perkuat Akurasi Pemantauan Hutan, Satuan Pengamatan Deforestasi Dibuat Lebih Detil

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memperkuat sistem pemantauan hutan nasional dengan meningkatkan ketelitian satuan pengamatan deforestasi (Minimum Measurement Unit). Langkah ini diharapkan membuat deteksi perubahan...