Ecobiz.asia – Kolaborasi antara Indonesia dan China dinilai memiliki potensi besar untuk mempercepat aksi mitigasi perubahan iklim di Indonesia, terutama dalam sektor energi terbarukan dan tata kelola hutan yang berkelanjutan.
Dalam diskusi daring bertajuk “Mendorong Kolaborasi Selatan-Selatan dalam Aksi Iklim: Menjajaki Kemitraan China dan Indonesia”, Kamis (8/5/2025), dibahas pentingnya memanfaatkan pembiayaan iklim dari China sebagai bagian dari program Belt and Road Initiative (BRI).
“Berefleksi pada keberhasilan China dalam melampaui target 1200 GW energi terbarukan, Indonesia perlu lebih ambisius dalam targetnya. NDC Kedua harus menargetkan 40 GW kapasitas energi terbarukan pada 2030,” ujar Saffanah R Azzahrah, peneliti dari Indonesian Center for Environmental Law (ICEL).
Baca juga: Data Potensi Transparan, Tingkatkan Daya Tarik Investasi Proyek Energi terbarukan
China saat ini menjadi negara donor terbesar di Asia Tenggara dalam inisiatif BRI, dengan proyeksi total pembiayaan untuk Indonesia antara USD 14,7 hingga 65,1 miliar selama periode 2024–2030. Sebagian besar dana tersebut dinilai bisa diarahkan untuk mendukung transisi energi bersih di Indonesia.
Tata Mustasya, Direktur Eksekutif Yayasan Kesejahteraan Berkelanjutan Indonesia (SUSTAIN), menambahkan bahwa investasi China dapat menutupi porsi signifikan dari kebutuhan pendanaan energi terbarukan Indonesia. Pemerintah diperkirakan membutuhkan dana hingga USD 146 miliar per tahun hingga 2030, sementara investasi di sektor ini masih jauh dari mencukupi.
Baca juga: Tinjau PLTS Terapung Cirata Menko IPK Dorong Pembangunan Infrastruktur Energi Terbarukan
Selain sektor energi, potensi kerja sama juga mencakup sektor kehutanan dan lahan. Woro Supartinah dari LPESM Riau menyoroti pentingnya memastikan agar investasi China mematuhi regulasi tata kelola hutan nasional dan daerah.
“Praktik kehutanan yang belum berkelanjutan perlu ditransformasi, termasuk melalui kebijakan investasi hijau dan reformasi sistem pendukung industri kehutanan,” ujarnya.
Para pembicara sepakat bahwa kerja sama Indonesia-China perlu diarahkan tidak hanya pada peningkatan investasi, tetapi juga pada transformasi struktural demi pencapaian target iklim nasional yang lebih ambisius dan berkeadilan. ***