Ecobiz.asia – Pemerintah Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap pengembangan ASEAN Energy Efficiency Database & Investment Platform, sebuah inisiatif regional yang diluncurkan oleh ASEAN Centre for Energy dalam kerangka program Asia Low Carbon Building Transition.
Dukungan tersebut disampaikan oleh Hendra Iswahyudi, Direktur Konservasi Energi di Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, saat membuka kegiatan konsultasi dan penyuluhan platform ini pada Rabu (30/04/2025).
Hendra menjelaskan bahwa sektor bangunan memainkan peran sentral dalam konsumsi energi kawasan. Saat ini, bangunan menyumbang 22% dari total konsumsi energi di ASEAN dan angka ini diperkirakan akan meningkat sebesar 15% pada tahun 2050.
“Peningkatan ini terutama dipicu oleh urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan pendingin ruangan karena kita berada di kawasan tropis,” jelasnya.
Sejalan dengan Rencana Aksi Kerja Sama Energi ASEAN, Indonesia telah menetapkan target penurunan intensitas energi dan menjalankan berbagai kebijakan efisiensi energi, di antaranya sistem manajemen energi wajib, standar kinerja energi minimum (SKEM), serta inisiatif peningkatan efisiensi di sektor industri dan bangunan.
Meski begitu, tantangan pendanaan menjadi hambatan utama. Berdasarkan laporan Southeast Asia Energy Outlook, ASEAN memerlukan investasi sebesar 15–20 miliar dolar AS per tahun hingga 2035 untuk memastikan sektor bangunan berada pada jalur yang berkelanjutan.
“Namun saat ini, kesenjangan pendanaan, terutama untuk proyek retrofit dan teknologi hemat energi, menjadi hambatan kritis,” kata Hendra.
Untuk menjawab tantangan tersebut, platform yang tengah dikembangkan ASEAN Centre for Energy diharapkan dapat menjembatani kebutuhan proyek dan sumber pembiayaan.
“Platform ini dapat menjadi pusat penghubung antara pengembang proyek, pemilik bangunan, dan lembaga keuangan di seluruh kawasan,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia berharap platform ini mampu mendorong terbentuknya portofolio proyek bangunan hemat energi yang kuat dan terstruktur, serta mempercepat transisi sektor bangunan menuju rendah karbon.
Kegiatan ini juga membuka ruang dialog lintas sektor antara pemangku kepentingan, termasuk lembaga keuangan, perusahaan jasa energi, pengembang, dan organisasi internasional. “Dengan masukan dari seluruh pihak, saya yakin agenda hari ini akan memberikan kontribusi besar terhadap kebijakan efisiensi energi di kawasan,” tutup Hendra. ***