Ecobiz.asia – Hitachi Energy Indonesia memperkuat dukungannya terhadap percepatan transisi energi di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) melalui penerapan teknologi microgrid dan Battery Energy Storage System (BESS).
Langkah ini diharapkan mampu mempercepat pemerataan akses listrik bersih sekaligus mengurangi ketergantungan pada diesel di daerah terpencil.
Segment Manager Hitachi Energy untuk sektor energi terbarukan, Alif Rizki Batoni, mengungkapkan teknologi tersebut telah diimplementasikan di Pulau Semau, Pulau Selayar, Bontang, dan Nusa Penida.
“Solusi microgrid berbasis BESS kami mampu mengintegrasikan tenaga surya dengan penyimpanan energi baterai, sehingga pasokan listrik tetap stabil bahkan tanpa genset diesel pada siang hari,” ujarnya.
Program ini selaras dengan inisiatif Patriot Energi yang digagas Kementerian ESDM bersama IBEKA Foundation, yang melibatkan anak muda untuk memetakan potensi energi terbarukan lokal dan mendampingi masyarakat desa dalam pengelolaan energi.
Meski rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,83% dan Rasio Desa Berlistrik 99,92% pada akhir 2024, pemerataan energi di wilayah 3T masih terhambat keterbatasan infrastruktur dan medan geografis sulit.
Hitachi Energy menilai kolaborasi pemerintah, swasta, dan komunitas penting untuk mengatasi kesenjangan ini.
Perusahaan yang memiliki lebih dari 300 tenaga kerja di Indonesia ini juga mendukung target RUPTL 2025–2034, yang mencanangkan pengembangan 42,6 GW pembangkit energi baru terbarukan dan 10,3 GW sistem penyimpanan energi.
“Elektrifikasi berbasis komunitas dengan dukungan teknologi modern adalah kunci menuju sistem energi inklusif dan berkelanjutan,” tegas Alif. ***