Ecobiz.asia — Raksasa pulp dan kertas APP Group menyiapkan sejumlah proyek di konsesi kehutanan untuk masuk ke pasar karbon sukarela. Langkah ini ditempuh guna memperkuat pendanaan konservasi sekaligus memberikan insentif bagi masyarakat yang terlibat.
Sebagai mitra strategis, APP menggandeng Fairatmos, perusahaan pengembang proyek karbon yang tengah berkembang pesat di Indonesia.
“Ada beberapa proyek di pipeline yang sedang kami persiapkan bersama Fairatmos,” kata Chief Sustainability Officer APP Group Elim Sritaba di sela peluncuran platform keberlanjutan Regenesis di Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Elim belum menyebutkan lokasi proyek dan skema sertifikasi karbon yang akan dipilih. Menurutnya, APP juga masih mempertimbangkan standar sukarela yang sesuai dengan kebijakan pemerintah.
“Belum, kami belum putuskan apakah akan menggunakan Verra, REDD+ atau yang lainnya,” ujarnya.
Ia menegaskan tujuan utama keterlibatan di pasar karbon adalah mendukung konservasi dan dekarbonisasi. “Pasar karbon menjadi salah satu peluang offset bagi industri pulp dan kertas APP,” tambahnya.
APP Group saat ini mengelola 1,07 juta hektare konsesi kehutanan secara langsung. Selain itu, APP Group juga bermitra dengan sejumlah perusahaan konsesi kehutanan sebagai pemasok yang luasnya kurang lebih sama.
Melalui Regenesis, APP berkomitmen mengalokasikan pendanaan sebesar 30 juta dolar AS per tahun selama satu dekade untuk konservasi dan restorasi satu juta hektare hutan tropis.
Program ini diperkuat dengan Kebijakan Hutan Positif (Forest Positive Policy) yang menekankan tiga pilar utama yaitu restorasi lanskap, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan rantai pasok yang bertanggung jawab.
Ketua Komite Keberlanjutan APP Group Bernard Tan menilai keterlibatan dalam pasar karbon akan memberi insentif bagi masyarakat agar lebih aktif menjaga hutan.
“Bahkan tanpa pasar karbon pun kami tetap melaksanakan program konservasi. Namun dengan adanya pendapatan tambahan, akan lebih mudah bagi komunitas untuk terlibat,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa pendapatan dari perdagangan karbon dapat menopang upaya pertanian berkelanjutan yang tengah didorong perusahaan.
Bernard juga menekankan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk pelanggan yang memiliki komitmen netral karbon maupun NGO yang semakin fokus pada restorasi.
“Pasar karbon membuat semakin banyak pihak tertarik pada konservasi. Komunitas yang bisa kami libatkan kini jauh lebih luas dibanding 10 tahun lalu. Menurut kami, waktunya tepat untuk melangkah lebih jauh,” kata Bernard. ***