Ecobiz.asia – Pemerintah Indonesia telah menetapkan industri semikonduktor sebagai salah satu sektor prioritas untuk periode 2025 hingga 2029.
Untuk mendukung pengembangan ini, pemerintah membentuk Indonesia Semiconductor Task Force yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Semikonduktor menjadi penting karena di masa depan, dengan era digitalisasi, tidak ada satu perangkat pun yang dapat berfungsi tanpa semikonduktor, mulai dari peralatan rumah tangga hingga otomotif,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2024 di jakarta, Rabu, 11 Desember 2024.
Dalam pengembangan industri semikonduktor ke depan, Airlangga menyebutkan bahwa Amerika Serikat dan Jepang akan berperan sebagai co-investor.
“Sekarang Amerika sendiri co-invest untuk industri semikonduktor. Jadi bukan hanya mereka menyiapkan iklim investasi sebagai co-investor. Jepang juga menjadi co-investor,” ujar Airlangga.
Terkait potensi sumber daya untuk semikonduktor, Indonesia memiliki sumber daya selenium yang merupakan produk sampingan dari Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia di Gresik.
“Total yang bisa diproduksi dari fasilitas precious metal refinery tersebut kira-kira sekitar 50 sampai 60 ton emas, perak yang lebih dari 200 ton per tahun, platinum sekitar 30 kilogram per tahun, paladium sekitar 375 kilogram per tahun, serta mineral lainnya seperti selenium dan bismut,” kata Tony Wenas, Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Kamis, 7 November 2024 lalu.
Erick Thohir, Menteri BUMN, berharap proyek hilirisasi terus dikembangkan, sehingga Indonesia dapat berperan sebagai bagian dari rantai pasok global.
“Saya kembali berharap hilirisasi tidak berhenti sampai di sini, kita harus terus menggali lagi, seperti yang tadi Pak Tony sampaikan, selenium ini bahan baku untuk semikonduktor,” ucap Erick Thohir. ***