Huayou Klaim Proyek Nikel di Indonesia Paling Rendah Emisi di Dunia, Targetkan Net Zero pada 2050

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – Huayou Indonesia menyebut dua proyek pengolahan nikel berteknologi tinggi yang mereka operasikan di Sulawesi merupakan proyek dengan emisi karbon terendah di dunia.

“Kami berhasil menurunkan intensitas emisi karbon hingga 7,1 ton CO₂e per ton nikel, dan terus menargetkan nol emisi bersih pada 2050,” kata General Manager Huayou Indonesia Regional Management Center, David Wei, dalam sesi CEO Talk di Paviliun Indonesia, COP30 UNFCCC di Belem, Brasil, Rabu (12/11/2025).

Dia menjelaskan, efisiensi itu dicapai melalui penerapan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) generasi baru di proyek Huayue dan Huafei, yang mengurangi konsumsi energi hingga 70 persen dibanding fasilitas sejenis.

Read also:  PLN Sambut Penetapan SNI FABA, Dorong Pemanfaatan Limbah PLTU untuk Pertanian Berkelanjutan

Sejak masuk Indonesia pada 2018, Huayou telah menanamkan investasi senilai 11 miliar dolar AS untuk membangun rantai industri nikel dan material baterai kendaraan listrik terintegrasi. Perusahaan asal Tongxiang, Zhejiang, Tiongkok itu kini mempekerjakan 22 ribu tenaga kerja lokal, dan menargetkan mencapai 100 ribu dalam lima tahun mendatang.

Huayou mengoperasikan pabrik di Morowali dan Halmahera, termasuk proyek Huayue HPAL (80.000 tNi/tahun) dan Huafei HPAL (130.000 tNi/tahun), serta berkolaborasi dengan PT Vale Indonesia dan Ford Motor Company dalam proyek Kolaka Nickel Indonesia (KNI). “Melalui KNI, kami belajar banyak tentang praktik terbaik ESG,” ujar David.

Read also:  Indonesia Launches Tree-Planting Drive to Offset COP30 Delegation Emissions

Untuk menekan emisi, Huayou membangun pipa slurry sepanjang 65 kilometer yang menghubungkan tambang dengan pabrik HPAL di Morowali. Teknologi ini menurunkan emisi karbon dari 1,32 menjadi 0,54 ton CO₂e per ton nikel dan menghemat biaya operasional hingga 55 persen.

Perusahaan juga mengembangkan teknologi daur ulang limbah pabrik asam untuk mengekstraksi kembali besi dan sulfur, sehingga sisa pengolahan tak lagi dikategorikan sebagai limbah berbahaya (B3). “Kami ingin membangun model industri nikel yang benar-benar berkelanjutan dan ramah lingkungan,” kata David.

Read also:  Tambah Kapasitas, MedcoEnergi Kini Operasikan PLTGU Rendah Karbon 109 MW di Batam

Pada Mei 2025, Huayou menjadi inisiator utama China–Indonesia Community Sustainable Development Action Network bersama UN Global Compact dan 18 lembaga internasional lainnya. Langkah ini disebut sebagai upaya memperkuat kolaborasi lintas negara untuk investasi yang lebih berkelanjutan. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Mubadala Energy–PLN EPI Sepakati Pemanfaatan Gas Andaman untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

Ecobiz.asia — Mubadala Energy dan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menandatangani Heads of Agreement (HoA) untuk pemanfaatan gas dari Laut Andaman sebagai...

Mitigasi Banjir-Longsor, Kemenhut Bakal Bangun Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)

Ecobiz.asia – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan membangun sistem informasi pemantauan mitigasi banjir yang dapat berfungsi sebagai peringatan dini (early warning system) dan diakses publik,...

Biodiversity Action Plan Jadi Strategi PHE Menjaga Alam dan Ketahanan Operasi Migas

Ecobiz.asia — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina meningkatkan komitmennya dalam menjaga keanekaragaman hayati di seluruh wilayah operasinya, termasuk area sensitif...

PLTS Baru 4,7 MWp CDI Group Turunkan Emisi hingga 5.086 ton CO₂e per Tahun

Ecobiz.asia — PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDI Group) melalui anak usahanya, PT Krakatau Chandra Energi (KCE), mulai mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)...

Penutupan Paviliun Indonesia COP30, Pembeli Global Minati 2,75 Juta Ton Karbon RI

Ecobiz.asia - Forum Carbon Connection Initiative di Paviliun Indonesia pada COP30 menghasilkan sejumlah penandatanganan dan penjajakan nota kesepahaman (MoU), komitmen kolaborasi, serta transaksi konkret...

TOP STORIES

Indonesia Sets Two Issuance Workflows for Forest Carbon Credits, Ensures Project Integrity

Ecobiz.asia — Indonesia’s Ministry of Forestry has confirmed that forest carbon credits can now be issued through two distinct issuance workflows: the national Greenhouse...

Ada Dua Jalur Penerbitan Kredit Karbon Kehutanan, Kemenhut Pastikan Integritas Proyek

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menegaskan bahwa penerbitan kredit karbon di sektor kehutanan kini dapat dilakukan melalui dua mekanisme: Sistem Perdagangan Emisi Gas Rumah...

Revisi UU Kehutanan: Menjawab Tantangan Reforma Agraria

Oleh: Pramono Dwi Susetyo (Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Ecobiz.asia - Pada Rabu (24/9/2025), DPR RI menerima aspirasi Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)...

Indonesia Links Carbon Finance to Forest Recovery Plan in Push to Curb Flood Risks

Ecobiz.asia – Indonesia’s Forestry Ministry said on Friday it is accelerating forest and land rehabilitation efforts, partly by tapping voluntary carbon markets, as severe...

Mubadala Energy–PLN EPI Sepakati Pemanfaatan Gas Andaman untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

Ecobiz.asia — Mubadala Energy dan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menandatangani Heads of Agreement (HoA) untuk pemanfaatan gas dari Laut Andaman sebagai...