Ecobiz.asia — Indonesia menegaskan komitmennya menjadikan sektor kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Uses/FOLU) sebagai pilar utama mitigasi perubahan iklim dan pengembangan pasar karbon global.
Hal tersebut disampaikan Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo, saat membuka secara resmi Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim ke-30 (COP30) UNFCCC di Belém, Brasil, bersama Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq dan Wakil Menteri Kehutanan Rohmat Marzuki, Jumat (7/11/2025).
Dalam sambutannya, Hashim yang menjadi Ketua Delegasi RI pada konferensi itu menekankan bahwa pengelolaan sektor FOLU harus menjadi perhatian utama dunia karena berperan penting dalam menjaga keanekaragaman hayati, mendukung pasar karbon, serta mencapai target mitigasi iklim global.
“Kita memiliki kewajiban untuk mengelola sektor ini secara hati-hati, karena FOLU menjadi tulang punggung bagi keanekaragaman hayati, pasar karbon, dan pencapaian target mitigasi perubahan iklim,” ujarnya.
Hashim mendorong agar hasil perundingan Pasal 6.4 Perjanjian Paris mencerminkan peran strategis sektor FOLU dalam mekanisme kerja sama internasional perdagangan karbon. Ia menegaskan visi Indonesia untuk menjadi pusat pasar karbon berintegritas tinggi yang memberikan dampak iklim nyata sekaligus menciptakan lapangan kerja hijau dan komunitas tangguh.
“Visi kami adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat global pasar karbon berintegritas tinggi, yang menghasilkan dampak iklim nyata dan terukur,” katanya.
Hashim juga menyebut Paviliun Indonesia di COP30 sebagai perpanjangan dari diplomasi iklim nasional. Paviliun ini menjadi wadah kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat sipil untuk memperkuat kemitraan dan menampilkan inovasi dalam aksi iklim.
Wakil Menteri Kehutanan Rohmat Marzuki menambahkan, sektor kehutanan berperan penting dalam pencapaian target pengurangan emisi nasional, terutama melalui program FOLU Net Sink 2030 dan konservasi berbasis masyarakat.
“Melalui Paviliun Indonesia, Kementerian Kehutanan ingin menunjukkan bahwa pengelolaan hutan tidak hanya menjaga tutupan lahan, tetapi juga memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Rohmat.
Paviliun Indonesia tahun ini mengusung tema “Accelerating Substantial Actions of Net Zero Achievement through Indonesia’s High-Integrity Carbon Market.” Dari sektor kehutanan, terdapat delapan sesi tematik yang membahas isu mangrove, perdagangan karbon, energi terbarukan, peran masyarakat adat, hingga pemulihan ekosistem gambut.
Pembukaan Paviliun Indonesia menjadi momentum penting bagi Kementerian Kehutanan untuk memperkuat reputasi dan posisi Indonesia dalam tata kelola hutan berkelanjutan, konservasi, serta kerja sama internasional.
Melalui Paviliun ini, Indonesia menegaskan posisinya sebagai negara tropis yang berperan aktif dalam upaya pengendalian perubahan iklim global dengan pendekatan berbasis hutan dan lahan berkelanjutan. ***




