Ecobiz.asia – Dalam rangka peringati Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret setiap tahunnya, PT Nestlé Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlangusngan air dengan terapkan Sistem Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sufintri Rahayu, Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia menyatakan hal ini sebagai bagian dari komitmen dan pilar keberlanjutan yang diterapkan secara ketat dan serius di seluruh pasokan kerja di perusahaan.
Menurut Sufintri, di pabrik Nestlé Indonesia, air digunakan untuk menghasilkan uap, mendinginkan mesin melalui cooling tower serta membersihkan.
“Di dalam proses produksi, air memegang peranan penting, untuk itu, empat pabrik PT Nestlé Indonesia menerapkan strategi optimasi penggunaan sumber daya air dengan metode 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle, dan di dalam pengelolaannya, perusahaan menerapkan cara-cara yang ramah lingkungan sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian sumber alam,” terang Sufintri dalam keterangan persnya yang diterima Ecobiz.asia, Selasa (18/3).
Baca juga: Wamen ESDM Soroti Cekungan Air Tanah Sejumlah Daerah Dalam Kondisi Rusak
Sufintri menjelaskan, inisiatif pertama yang diterapkan oleh pabrik-pabrik Nestlé di Indonesia dalam menjaga keberlanjutan air adalah dengan melakukan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang telah dijalankan oleh perusahaan sejak 1971. IPAL, lanjutnya, merupakan cara pengelolaan air limbah secara baik untuk menghasilkan air hasil pengolahan yang aman untuk lingkungan.
“Melalui kegiatan pengolahan limbah cair di fasilitas IPAL ini, Nestlé Indonesia telah berhasil mengurangi penggunaan air tanah sebanyak lebih dari 3% dari total penggunaan air dalam proses produksi,” kata dia.
Adapun prinsip pengelolaannya terdiri dari penyeimbangan, pengudaraan, penjernihan, dan pemeriksaan akhir di laboratorium. Pemeriksaan akhir di laboratorium dilakukan secara ketat untuk memastikan air hasil pengolahan bisa dipergunakan kembali. “Perusahaan memastikan efluen yang dikeluarkan sudah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan,” kata Sufintri.
Salah satu contoh pemanfaatan air hasil instalasi ini dilakukan di Pabrik Nestlé Kejayan, yang berlokasi di Jawa Timur, dengan memanfaatkan air dari proses evaporasi susu segar atau cows water untuk bahan baku air di menara pendingin. Inisiatif ini bertujuan untuk melakukan optimasi penggunaan air bersih pada kegiatan operasional, sehingga upaya penghematan penggunaan air dapat terlaksana.
Sufintri menegaskan, komitmen Nestlé Indonesia untuk memastikan bahwa semua proses produksi dan operasionalnya menerapkan keberlanjutan yang tidak hanya efisien dalam penggunaan air, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pengolahan air limbah yang dihasilkan.
”Sejalan dengan prinsip Creating Shared Value yang diusung oleh perusahaan, kami sangat serius menerapkan komitmen kami di keberlanjutan lingkungan. Salah satunya di pilar merawat keberlanjutan air,” kata dia. Menurut Sufintri, Perusahaan terus melakukan upaya untuk memastikan agar limbah cair dari proses produksi dapat diolah kembali menjadi air hasil pengolahan sesuai baku mutu agar aman bagi lingkungan.
“Kami percaya bahwa dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, kami dapat berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air untuk generasi mendatang,” kata Sufintri.
Sufintri mengklaim bahwa Nestlé juga terus memperbarui teknologi dan metode pengelolaan airnya di semua lini produksi, termasuk penerapan teknologi terbaru dalam sistem IPAL. Dengan komitmen ini, Nestlé Indonesia tidak hanya berhasil mengurangi penggunaan air tanah secara signifikan, tetapi juga memastikan bahwa air limbah yang dihasilkan melalui proses produksi dikelola dengan baik dan aman bagi lingkungan.
Program pengelolaan air ini sejalan dengan misi perusahaan untuk selalu menciptakan nilai bersama, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. “Melalui berbagai inisiatif ini, Nestlé Indonesia berharap dapat menjadi contoh bagi industri lain dalam pengelolaan sumber daya air yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” tandas Sufintri.***