DAS Sehat Jadi Kunci Mitigasi Iklim dan Nilai Ekonomi Karbon

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – Menjaga kesehatan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu strategi utama untuk mengatasi perubahan iklim sekaligus membuka peluang pembiayaan hijau melalui Nilai Ekonomi Karbon (NEK).

Demikian mengemuka pada pembekalan multipihak dalam acara Penguatan Keterpaduan Pengelolaan DAS dalam Mendukung FOLU Net Sink 2030 yang digelar di Jakarta, 2–4 September 2025.

Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Perubahan Iklim, Haruni Krisnawati, menegaskan bahwa DAS sehat berperan sebagai “rumah bersama” yang menopang pangan, air, energi, dan kesejahteraan masyarakat. Jika rusak, DAS justru memicu masalah serius seperti banjir dan krisis air.

Read also:  Dekontaminasi Selesai Desember, Kasus Radioaktif Cs-137 di Cikande Dipastikan Tak Terulang

“Dengan menjaga hutan di DAS, kita menjaga stok karbon sekaligus stabilitas iklim,” ujarnya.

Haruni menjelaskan bahwa kondisi DAS saat ini berada di bawah tekanan akibat deforestasi, kebakaran hutan, dan alih fungsi lahan.

Dampak perubahan iklim seperti kekeringan, suhu tinggi, dan cuaca ekstrem semakin memperburuk kerentanan DAS. Dalam konteks ini, tutupan hutan menjadi kunci menjaga kualitas ekosistem dan cadangan karbon.

Selain aspek ekologi, DAS sehat juga memiliki nilai ekonomi. Melalui skema NEK, jasa lingkungan seperti penyerapan karbon dapat masuk ke mekanisme pasar, membuka ruang pembiayaan iklim, memperkuat investasi hijau, dan memberikan manfaat hingga ke tingkat tapak.

Read also:  Kumpulkan Pengusaha Perkebunan hingga Kehutanan, Menteri LH Ajak Kolaborasi Restorasi Gambut dan Mangrove

“Nilai Ekonomi Karbon bukan sekadar instrumen fiskal, tetapi jalan baru memperkuat pendanaan iklim dan membuka ruang bagi investasi hijau,” jelas Haruni.

Indonesia menargetkan FOLU Net Sink 2030, yaitu keseimbangan serapan dan emisi karbon sektor kehutanan melalui upaya pengurangan deforestasi, reforestasi, rehabilitasi hutan, restorasi gambut dan mangrove, serta pengelolaan hutan lestari.

Sekitar 60 persen target penurunan emisi nasional bergantung pada keberhasilan pengelolaan hutan dan DAS.

Haruni menekankan, kolaborasi multipihak menjadi syarat mutlak. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat sipil, media, hingga mitra internasional harus bekerja bersama.

Read also:  Dilantik Jadi Ketua Mabisaka Saka Wanabakti, Menhut Sebut Peran Penting Pramuka untuk Kelestarian Hutan

“Penurunan emisi bukanlah hasil satu aksi, melainkan kolaborasi,” tegasnya.

Menurutnya, NEK menghadirkan paradigma baru pembangunan hijau yang berkeadilan.

“Dengan NEK, kita bisa memastikan hutan tetap lestari, karbon bernilai, dan masyarakat memperoleh manfaat nyata dari upaya menjaga hutan di dalam DAS,” pungkasnya.

Acara ini juga menjadi bagian dari implementasi Proyek Perubahan Membangun Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon Sektor Kehutanan, yang masuk dalam Agenda Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I. Peserta yang hadir meliputi komunitas masyarakat, BUMN, BUMD, swasta, akademisi, serta perwakilan instansi pusat dan daerah. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Integrasi Tata Ruang dan Industri Hijau Jadi Kunci Atasi Konflik Lahan dan Sumber Daya Alam

Ecobiz.asia — Integrasi tata ruang ekologis dan ekonomi berbasis One Map Policy dengan pendekatan lanskap berkelanjutan dinilai menjadi langkah strategis untuk mengatasi konflik pemanfaatan...

Kemenhut Perkuat Akurasi Pemantauan Hutan, Satuan Pengamatan Deforestasi Dibuat Lebih Detil

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memperkuat sistem pemantauan hutan nasional dengan meningkatkan ketelitian satuan pengamatan deforestasi (Minimum Measurement Unit). Langkah ini diharapkan membuat deteksi perubahan...

Libatkan Akademisi, Kemenhut Susun Surat Edaran Usai Putusan MK soal Masyarakat Adat Berkebun di Hutan

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan menerbitkan surat edaran sebagai tindak lanjut atas Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 181/PUU-XXII/2024 yang memperbolehkan masyarakat hukum adat...

Kemenhut Terima Sejumlah Aduan Implementasi SVLK, Sebut Bagian dari Transparansi

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menerima sejumlah aduan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkait dugaan masalah pada dokumen Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK)....

Kemenhut Minta Maaf atas Pemusnahan Barang Bukti Mahkota Cenderawasih, Sebut Soal Penegakan Hukum

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Papua, khususnya tokoh adat dan lembaga kultural seperti Majelis Rakyat Papua (MRP), atas munculnya kekecewaan...

TOP STORIES

Pertamina NRE Optimalkan Teknologi AI untuk Efisiensi dan Mitigasi Risiko Operasi

Ecobiz.asia — Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) memperkuat transformasi digitalnya dengan mengoperasikan ruang kendali berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama NOVA (New &...

Prospek Pasar Karbon Global Meningkat, Proyek Komunitas Punya Peluang Premium

Ecobiz.asia — Direktur PT Biru Karbon Nusantara (Biru Karbon), Chabi Batur Romzini atau yang akrab dipanggil Bibah, menilai prospek pasar karbon global akan terus...

KLH Susun Proses Bisnis Perdagangan Karbon Pasca Perpres 110/2025, Seperti Apa?

Ecobiz.asia - Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyusun proses bisnis perdagangan karbon pasca terbitnya Perpres Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Instrumen...

Integrasi Tata Ruang dan Industri Hijau Jadi Kunci Atasi Konflik Lahan dan Sumber Daya Alam

Ecobiz.asia — Integrasi tata ruang ekologis dan ekonomi berbasis One Map Policy dengan pendekatan lanskap berkelanjutan dinilai menjadi langkah strategis untuk mengatasi konflik pemanfaatan...

Patuh Bayar PNBP, BP Berau Jadi KKKS Terbaik Penghargaan Subroto 2025 Kategori 100 MBOEPD

Ecobiz.asia — BP Berau Ltd., operator proyek Tangguh LNG, meraih Penghargaan Subroto 2025 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) atas kepatuhan terbaik...