CPOPC Desak Uni Eropa Perjelas Aturan Deforestasi dan Akui Kemajuan Keberlanjutan Produsen Sawit

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia — Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) mendesak Uni Eropa untuk memberikan kejelasan regulasi serta mengakui kemajuan keberlanjutan yang telah dicapai negara-negara produsen, seiring memasuki tahap akhir perundingan Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EU Deforestation Regulation/EUDR).

Dalam pertemuan tingkat tinggi di Brussels bersama para pembuat kebijakan Uni Eropa dan perwakilan industri, CPOPC menyampaikan bahwa kepastian aturan dan kerangka implementasi yang realistis menjadi kunci agar regulasi tersebut dapat berjalan efektif.

CPOC menilai ambisi lingkungan perlu diimbangi dengan mekanisme pelaksanaan yang dapat diterapkan di lapangan.

Read also:  Penutupan TPA Cipeucang Picu Krisis Sampah, WALHI: Cermin Kegagalan Tata Kelola

Sekretaris Jenderal CPOPC Izzana Salleh mengatakan negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia telah mencatat kemajuan nyata dalam menurunkan deforestasi serta memperkuat sistem sertifikasi nasional.

“Para produsen siap mematuhi persyaratan EUDR, namun aturan yang belum jelas, jadwal yang tidak realistis, serta prosedur yang kompleks berisiko menempatkan perusahaan yang patuh dalam ketidakpastian regulasi,” ujar Izzana, Selasa (23/12/2025).

CPOPC juga menekankan peran sentral petani kecil dalam rantai pasok minyak sawit global. Organisasi tersebut menilai regulasi yang tidak dirancang secara inklusif berpotensi mengecualikan petani kecil dan mengancam mata pencaharian jutaan masyarakat pedesaan di negara produsen, di mana sawit menjadi penggerak utama perekonomian daerah. Karena itu, tujuan lingkungan dan keadilan sosial dinilai harus berjalan beriringan.

Read also:  Kemenhut-WCS Perkuat Komitmen Konservasi Keanekaragaman Hayati, Terobosan Pendanaan Jadi Sorotan

Selain itu, CPOPC menyoroti bahwa penurunan laju deforestasi di negara produsen kerap kurang mendapat perhatian dalam diskursus kebijakan di Eropa.

Data terbaru menunjukkan tren penurunan kehilangan hutan primer di Indonesia dan Malaysia, yang dinilai sebagai hasil dari penguatan tata kelola dan perluasan standar keberlanjutan nasional.

Menurut CPOPC, pengakuan terhadap kemajuan tersebut dapat mendorong penilaian risiko yang lebih proporsional dalam penerapan EUDR serta memperlancar implementasi regulasi bagi rantai pasok yang inklusif.

Read also:  WALHI Layangkan Petisi Hentikan Proyek Green Ammonia GAIA di Aceh

Usai pertemuan di Brussels, CPOPC menyatakan optimisme secara hati-hati terhadap keterbukaan Uni Eropa untuk berdialog secara konstruktif. Namun demikian, organisasi ini menegaskan pentingnya keputusan yang tepat waktu dan jelas dari Komisi Eropa guna memberikan kepastian bagi pelaku pasar.

CPOPC kembali menegaskan bahwa perlindungan lingkungan dan keberlanjutan mata pencaharian harus dipandang sebagai tanggung jawab yang saling melengkapi, bukan tujuan yang saling bertentangan. ***

LATEST STORIES

MORE ARTICLES

Berkas Lengkap, Gakkum Kehutanan Segera Bawa 4 Tersangka Perambahan Tahura Jadi Sawit di Jambi ke Persidangan

Ecobiz.asia — Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kehutanan Wilayah Sumatera menuntaskan penanganan kasus perambahan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Orang Kayo Hitam (OKH) di Kabupaten...

Bakal Rugikan Petani, POPSI Tolak Wacana Kenaikan Pungutan Ekspor Sawit untuk Program B50

Ecobiz.asia — Perkumpulan Organisasi Petani Sawit Indonesia (POPSI) menolak wacana kenaikan pungutan ekspor (PE) kelapa sawit pada 2026 yang dikaitkan dengan rencana peningkatan mandatori...

Menteri LH Gandeng Muslimat NU, Perkuat Gerakkan Pengendalian Sampah dan Krisis Lingkungan

Ecobiz.asia — Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menggandeng Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk memperkuat gerakan nasional...

BPDLH Selesaikan Tiga Proyek Pembiayaan Lingkungan untuk Dukung Ekonomi Sirkular dan Ketahanan Iklim

Ecobiz.asia — Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) menutup tiga proyek pendanaan yang bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dan UMKM dalam pengelolaan lingkungan hidup serta...

Mengenal EEHV: Virus Mematikan yang Mengancam Gajah Sumatera

Ecobiz.asia — Dalam beberapa tahun terakhir, para konservasionis gajah di Indonesia menghadapi ancaman baru selain kehilangan habitat dan konflik manusia–satwa: sebuah virus yang dapat...

TOP STORIES

Gandeng Kelompok Tani, Pertamina Hulu Mahakam Rehabilitasi 345 Hektare DAS

Ecobiz.asia – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Wilayah Kalimantan Sulawesi merehabilitasi Daerah Aliran...

Indonesia Opens Access to Performance-Based REDD+ Carbon Financing Through ART-TREES

Ecobiz.asia — Indonesia’s Ministry of Forestry (Kemenhut) has opened opportunities for subnational governments to access performance-based REDD+ carbon financing through the ART-TREES mechanism, as...

Berkas Lengkap, Gakkum Kehutanan Segera Bawa 4 Tersangka Perambahan Tahura Jadi Sawit di Jambi ke Persidangan

Ecobiz.asia — Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kehutanan Wilayah Sumatera menuntaskan penanganan kasus perambahan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Orang Kayo Hitam (OKH) di Kabupaten...

Bakal Rugikan Petani, POPSI Tolak Wacana Kenaikan Pungutan Ekspor Sawit untuk Program B50

Ecobiz.asia — Perkumpulan Organisasi Petani Sawit Indonesia (POPSI) menolak wacana kenaikan pungutan ekspor (PE) kelapa sawit pada 2026 yang dikaitkan dengan rencana peningkatan mandatori...

PetroChina Sukses Rehabilitasi 34 Hektare DAS di Jambi, Tingkat Keberhasilan Vegetasi Capai 95 Persen

Ecobiz.asia — SKK Migas–PetroChina International Jabung Ltd. menyelesaikan rehabilitasi lahan seluas 34 hektare di Kawasan Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,...