Ecobiz.asia – Febriany Eddy, CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), kembali masuk dalam daftar 100 Perempuan Paling Berpengaruh di Asia versi Fortune. Penghargaan ini mempertegas pengaruhnya dalam mentransformasi industri pertambangan Indonesia dengan fokus pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Daftar Fortune 100 Most Powerful Women Asia mengapresiasi perempuan yang mendefinisikan ulang konsep kepemimpinan, mentransformasi industri, dan menginspirasi generasi pemimpin berikutnya.
“Kami bangga merayakan pencapaian luar biasa dari para pemimpin perempuan di seluruh Asia Pasifik,” ujar Clay Chandler, Editor Eksekutif Asia, Fortune, dikutip Rabu, 9 Oktober 2024.
Baca juga: Vale Siap Dukung Visi Indonesia Emas 2024, Terapkan ESG Sektor Tambang
“Perempuan-perempuan yang masuk dalam daftar ini kini bergabung dengan warisan luar biasa yang telah dibangun oleh program Most Powerful Women Fortune selama lebih dari 25 tahun.”
Kepemimpinan Febriany dinilai telah mendorong kemajuan strategis PT Vale Indonesia dalam agenda keberlanjutan.
Di bawah arahannya, PT Vale telah memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam pertambangan bertanggung jawab, menggabungkan keunggulan operasional dengan perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Febriany telah memimpin PT Vale dalam berbagai inisiatif keberlanjutan seperti energi hijau, dekarbonisasi, dan reklamasi lahan.
Baca juga: Tepis Stigma Buruk, PT Vale Buktikan Pertambangan Nikel Bersih dengan Terapkan ESG
Visi strategisnya telah memungkinkan perusahaan untuk menyeimbangkan pertumbuhan bisnis dengan pengurangan jejak karbon. Selama perjalanan kepemimpinannya, Febriany terus mendorong kesetaraan gender, membuktikan bahwa perempuan dapat berperan aktif dalam industri yang didominasi oleh laki-laki seperti pertambangan.
“Pengakuan ini adalah bukti kerja keras seluruh tim PT Vale Indonesia dalam mempertahankan komitmen kami terhadap keberlanjutan. Saya berharap pencapaian ini dapat menginspirasi lebih banyak perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan, terutama di industri yang masih minim representasi perempuan,” ujar Febriany. ***