Bukan Ancaman, Persepsi Efikasi dan Norma Kelompok Lebih Menentukan Partisipasi Cegah Karhutla

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – Upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ternyata tidak bergantung pada seberapa besar rasa takut yang disampaikan lewat kampanye. Penelitian terbaru menunjukkan ada dua hal yang jauh lebih menentukan, yaitu keyakinan masyarakat—khususnya petani—bahwa mereka mampu melakukan tindakan pencegahan, serta kekuatan nilai dan kebiasaan bersama dalam kelompok mereka (persepsi efikasi masyarakat (petani) dan kekuatan norma kelompok).

Melalui pendekatan mixed methods dan eksperimen pesan komunikasi, penelitian yang dilakukan pada petani Desa Makmur Peduli Alam (DMPA) menemukan bahwa partisipasi mereka dalam pencegahan karhutla lebih dipengaruhi oleh keyakinan bahwa tindakan pencegahan tersebut efektif dan dapat dilakukan, serta oleh norma kelompok yang kuat.

Rasa takut akibat ancaman karhutla memang berpengaruh, namun tidak sebesar peran efikasi diri dan norma kelompok dalam mendorong tindakan nyata pencegahan kebakaran.

Temuan ini dipaparkan Trisia Megawati Kusuma Dewi dalam Sidang Terbuka Program Doktor Ilmu Lingkungan, Departemen Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia, Sabtu (22/11/2025).

Sidang dipimpin Prof. Dr. Nowo Martono, M.Si, dengan tim promotor terdiri dari Dr. Herdis Herdiansyah S.Fil.I., M.Hum, Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si, dan Prof. Dr. Drs. Antar Venus, M.A.Comm.

Bertindak sebagai penguji antara lain Prof. Dr. Donna Asteria, S.Sos., M.Hum, Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc, Dr. Ir. Soewarso, M.Si., IPU, Dr. I. Mahawan Karuniasa, M.M, serta Prof. Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M.Sc.

Read also:  Mikroalga Disiapkan Jadi Senjata Baru PHE-PDC Tekan Emisi Karbon, Seperti Apa?

Trisia berhasil mempertahankan disertasi berjudul Model Komunikasi Lingkungan dalam Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Studi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di Desa Sri Gading, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan) dan lulus dengan predikat Summa Cum Laude dengan IPK 3,98.

Dalam penjelasannya, Trisia menyebut pengendalian karhutla menjadi faktor penentu keberhasilan Indonesia mencapai target FOLU Net Sink 2030. Data yang ia himpun menunjukkan 99 persen kebakaran hutan dipicu aktivitas manusia, sementara 69 persen masyarakat masih memakai teknik tebas bakar, sehingga mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca.

Melalui pemetaan menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM), Trisia menemukan bahwa di tingkat nasional aktor kunci pencegahan karhutla adalah pemerintah pusat dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan kendala utama adalah kordinasi yang belum maksimal antara berbagai lembaga yang terlibat di tingkat tapak untuk program pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Di tingkat tapak, aktor kunci adalah Manggala Agni, dengan hambatan terbesar kurangnya komunikasi dan kordinasi antar stakeholder dalam memberdayakan masyarakat.

Temuan itu diperkuat oleh hasil eksperimen komunikasi lingkungan yang membandingkan efektivitas pesan weak fear appeal dan strong fear appeal pada petani DMPA. Hasilnya, pesan berbasis ancaman memang berpengaruh signifikan terhadap kemauan berpartisipasi, tetapi tidak secara langsung membentuk sikap. Sebaliknya, norma kelompok terbukti jauh lebih menentukan tindakan pencegahan karhutla.

Read also:  PERHAPI Rilis Buku Ekonomi Hijau Pertambangan sebagai Acuan Pengelolaan Berkelanjutan

Penelitian ini kemudian menghasilkan model komunikasi lingkungan baru melalui integrasi teori Extended Parallel Process Model (EPPM), Theory of Planned Behavior (TPB), The Reason Action Theory (TRA), dan Social Interaction Theory (SIT).

Model tersebut menunjukkan bahwa dalam konteks sosial-ekologis desa berlahan gambut, efikasi dan norma kelompok bekerja lebih kuat daripada persepsi ancaman, sehingga kampanye berbasis ketakutan perlu diarahkan kembali pada peningkatan efektivitas pencegahan, relasi sosial, dan relevansi pesan.

Trisia juga mengembangkan Territorial Map berbasis discriminant analysis yang mampu memetakan kelompok peran serta petani dengan akurasi hingga 95,2 persen, serta analisis biplot yang memperlihatkan bahwa kelompok dengan weak fear appeal konsisten menunjukkan nilai sikap dan peran serta yang tinggi.

Penelitian ini, kata Trisia, mengisi kekosongan riset terkait integrasi komunikasi risiko, perilaku lingkungan, dan konteks sosial dalam pencegahan karhutla. Dua artikelnya telah terbit di jurnal internasional—Elsevier Q1 Trees, Forests and People serta jurnal Scopus Q3 International Journal of Environmental Impact—menandai kontribusi akademik di bidang komunikasi lingkungan dan pengendalian karhutla.

“Model ini menegaskan bahwa strategi komunikasi tidak bisa seragam. Ia harus disesuaikan dengan kondisi sosial-ekologis, karakteristik petani, dan tata kelola lokal agar mampu mendorong perubahan perilaku secara presisi,” ujar Trisia dalam sidang.

Read also:  PERHAPI Rilis Buku Ekonomi Hijau Pertambangan sebagai Acuan Pengelolaan Berkelanjutan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan strategi komunikasi yang lebih efektif untuk mendukung pengurangan emisi sektor kehutanan dan pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.

Herdis Herdiansyah sebagai Promotor sekaligus sebagai dosen dan ilmuwan yang masuk dalam daftar 2% peneliti terbaik dunia tahun 2025 yang dirilis oleh Stanford University bekerja sama dengan Elsevier berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi pendekatan baru dalam memaksimalkan program pencegahan karhutla yang efektif.

“Saya berharap penelitian ini dapat berlanjut dengan skala lebih besar dan pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan regulasi yang sejalan dengan rekomendasi dalam penelitian ini,” ujar Herdis.

Lebih lanjut, ia menambahkan, pencapaian ini sejalan dengan visi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia yaitu sebagai pusat unggulan dalam riset dan pendidikan lingkungan yang memiliki dampak luas, baik secara akademik maupun praktis.

Salah satu penguji Agus Justianto, yang saat ini menjadi Penasihat Tim Kerja Indonesia FOLU Net Sink 2030 Kementerian Kehutanan menilai Model yang digunakan oleh Trisia menghasilkan novelty penting untuk sektor kehutanan khususnya dalam pengendalian kebakaran hutan.

Sementara Antar Venus yang merupakan rektor UPN Veteran Jakarta mengapresiasi penelitian yang dilakukan Trisia karena memasukkan perspektif komunikasi dalam upaya penanggulangan karhutla. ****

TOP STORIES

MORE ARTICLES

PERHAPI Rilis Buku Ekonomi Hijau Pertambangan sebagai Acuan Pengelolaan Berkelanjutan

Ecobiz.asia — Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) merilis buku ekonomi hijau sebagai acuan pengelolaan sektor pertambangan dan daerah penghasil sumber daya alam secara berkelanjutan. Ketua...

Mikroalga Disiapkan Jadi Senjata Baru PHE-PDC Tekan Emisi Karbon, Seperti Apa?

Ecobiz.asia — Siapa sangka, ganggang hijau di air bisa menjadi kunci masa depan energi bersih Indonesia. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama PT Patra Drilling...

Pertamina NRE Optimalkan Teknologi AI untuk Efisiensi dan Mitigasi Risiko Operasi

Ecobiz.asia — Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) memperkuat transformasi digitalnya dengan mengoperasikan ruang kendali berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama NOVA (New &...

bp dan Mitsubishi Garap Studi Kelayakan CCUS Skema JCM, Proyek Karbon Tangguh Potensial

Ecobiz.asia - Perusahaan energi bp bersama Mitsubishi Research Institute (MRI) terpilih oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) untuk melaksanakan studi kelayakan pengembangan...

Lewat Geovation 2025, PGE Pacu Inovasi Panas Bumi Capai Target 3 GW

Ecobiz.asia — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE/IDX: PGEO) menegaskan komitmennya memperkuat inovasi untuk mendukung target kapasitas 3 gigawatt (GW) energi panas bumi. Hal...

TOP STORIES

Indonesia Sets Two Issuance Workflows for Forest Carbon Credits, Ensures Project Integrity

Ecobiz.asia — Indonesia’s Ministry of Forestry has confirmed that forest carbon credits can now be issued through two distinct issuance workflows: the national Greenhouse...

Ada Dua Jalur Penerbitan Kredit Karbon Kehutanan, Kemenhut Pastikan Integritas Proyek

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menegaskan bahwa penerbitan kredit karbon di sektor kehutanan kini dapat dilakukan melalui dua mekanisme: Sistem Perdagangan Emisi Gas Rumah...

Revisi UU Kehutanan: Menjawab Tantangan Reforma Agraria

Oleh: Pramono Dwi Susetyo (Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Ecobiz.asia - Pada Rabu (24/9/2025), DPR RI menerima aspirasi Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)...

Indonesia Links Carbon Finance to Forest Recovery Plan in Push to Curb Flood Risks

Ecobiz.asia – Indonesia’s Forestry Ministry said on Friday it is accelerating forest and land rehabilitation efforts, partly by tapping voluntary carbon markets, as severe...

Mubadala Energy–PLN EPI Sepakati Pemanfaatan Gas Andaman untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

Ecobiz.asia — Mubadala Energy dan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menandatangani Heads of Agreement (HoA) untuk pemanfaatan gas dari Laut Andaman sebagai...