Ecobiz.asia – Pertamina EP Sukowati Field meningkatkan kapasitas petani Desa Rahayu, Kabupaten Tuban untuk menerapkan Sistem Pertanian Organik metode System of Rice Intensification (SRI).
Inovasi tersebut berhasil mendongkrak pendapatan petani gurem menjadi Rp10,2 juta per musim dan penghematan produksi pertanian Rp2,8 juta per Ha/musim.
Manager Field Sukowati Arif Rahman Hakim mengatakan bahwa program Prabu Kresna berhasil menjawab masalah-masalah isu nasional saat ini seperti permasalahan krisis pupuk serta permasalahan ancaman ketahanan pangan.
Baca juga: Pupuk Indonesia, PLN dan ACWA Power Terus Kembangkan Ekosistem Hidrogen Hijau
Melalui pengelolaan pertanian organik dengan metode System of Rice Intensification, program ini tidak hanya berdampak secara ekonomi pada penghematan biaya produksi dan peningkatan hasil panen dan pendapatan petani, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan juga perbaikan kelestarian lingkungan, khususnya pada aspek perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem sawah.
“Terlebih pada tahun ini, Program Prabu Kresna juga mulai mengembangkan aspek teknologi dengan adanya alat penyiang padi Cakra Baskara yang sangat membantu petani dalam menggarap pertanian organik SRI dengan efisiensi sebesar 70,96% dan menjawab permasalahan isu ketenagakerjaan tani yang sulit, serta secara bertahap Program Prabu Kresna juga mengembangkan jangkauan menyasar pertanian organik hortikultura yang sekaligus membawa misi menumbuhkan generasi muda di sektor pertanian,” ujar Arif, Rabu, 16 Oktober 2024.
Penerapan pertanian organik yang menghilangkan intervensi herbisida kimia pada proses pertanian, menyebabkan gulma pada lahan pertanian cenderung lebih banyak dan membuat kebutuhan tenaga serta waktu penyiangan padi semakin tinggi mencapai 62 OH (Orang Hari)/Ha/musim.
Sebagai solusi atas masalah tersebut, PEP Sukowati bersama masyarakat mengembangkan inovasi Cakra Baskara (Cara Kreatif Basmi Akar dan Rumput Tak Berguna). Merupakan inovasi teknologi alat penyiang padi dengan modifikasi mata pisau pembersih rumput dan pemotong akar padi yang secara khusus didesain sesuai dengan ukuran jarak tanam pada pertanian organik SRI.
Pembuatan mata pisau memanfaatkan limbah besi non-B3 sehingga memiliki nilai guna mengubah masalah limbah menjadi alat solusi pertanian.
Inovasi ini juga telah mendapatkan pengakuan paten dengan Nomor Paten: IDS000007700 per tanggal 15 Maret 2024.
Penerapan inovasi teknologi ini memberikan dampak yang signifikan terhadap efisiensi proses dan waktu penyiangan lahan pertanian organik.
Efisiensi mencapai 70,96% yang artinya dapat menghemat kebutuhan tenaga kerja sampai 44 OH/Ha/musim dan menghemat biaya hingga Rp 4,4 juta/Ha/musim tanam, tergantung kondisi gulma rumput yang ada.
Sebelum menerapkan metode tersebut, mayoritas sistem pertanian di Tuban adalah sistem konvensional. Pertanian organik yang diterapkan di beberapa wilayah Tuban juga merupakan sistem pertanian organik yang menerapkan zero penggunaan bahan kimia tapi masih dengan sistem pengelolaan pertanian pada umumnya.
“Pertanian organik metode SRI di Desa Rahayu ini menjadi pionir pertama, sebelum akhirnya kini direplikasi di beberapa wilayah sekitarnya, seperti Desa Sawahan di Kec. Rengel dan bahkan hingga ke wilayah Kabupaten Bojonegoro,” ujar Akhwan, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Soko, Tuban. ***