Ecobiz.asia – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengajak para anggota Indonesian Mining Association (IMA) untuk ikut serta dalam melahirkan 200 “productivity specialists” di Indonesia. Program ini menargetkan lahirnya 5.000 specialist dalam beberapa tahun mendatang.
Program yang digagas oleh Menteri Ketenagakerjaan Yassierli ini bagian dari upaya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja di tanah air, termasuk sektor strategis seperti pertambangan mineral dan batubara.
Selain itu, Kemnaker menekankan pentingnya menciptakan atau melahirkan “green productivity,” yang sejalan dengan target Indonesia untuk mencapai nol emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Baca juga: Buka Indonesia Mining Summit, Menteri Bahlil Sebut Pasir Kuarsa Komoditas Tambang Penting
Dalam seminar bertema “Seminar Nasional Ketenagakerjaan di Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara” yang diselenggarakan oleh IMA di Jakarta, Kamis (17/4/2025), Direktur Bina Peningkatan Produktivitas, Kemnaker Muhammad Ali, menyampaikan bahwa program ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep baru dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
“Program ini tidak hanya tentang peningkatan gaji, tetapi juga tentang meningkatkan produktivitas dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ungkap Muhammad Ali.
Seminar dihadiri lebih dari 100 praktisi HR dari sektor pertambangan mineral dan batubara, yang mendapat kesempatan untuk mendengarkan pandangan dari sejumlah pembicara terkemuka, termasuk Sylvano Damanik, Executive Director Deloitte, dan Oloan Manurung, juga dari Deloitte.
Para pembiacara menyampaikan pentingnya peran HR dalam mendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja yang selaras dengan tantangan global dan industri 4.0 yang terus berkembang.
Ketua Asosiasi Pertambangan Indonesia (API-IMA) Rachmat Makassau pentingnya menyelaraskan program pemerintah dan industri pertambangan di Indonesia, agar tercipta sinergi yang kokoh untuk menumbuhkembangkan produktivitas tenaga kerja di sektor mineral dan batubara.
“Semoga para praktisi HR di sektor pertambangan dapat mengimplementasikan program-program yang telah dibahas di sini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita,” tambah Rachmat.
IMA juga mengundang pembicara dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yang memaparkan pentingnya memastikan kompetensi tenaga kerja di sektor pertambangan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Geologi Pertambangan dan Panas Bumi (LSP GPPB), guna memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki keahlian yang diakui secara internasional.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Kemnaker, sekitar 56% dari tenaga kerja Indonesia saat ini berada di tingkat SMP ke bawah, dengan lebih dari 149 juta orang berkompetensi rendah.
Hal ini menunjukkan tantangan besar dalam meningkatkan kualitas SDM, terutama dalam menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis dan didominasi oleh teknologi seperti AI, robotika, dan otomasi.
Baca juga: Identifikasi Isu Green Mining, Kementerian ESDM Gelar Seminar Alih Fungsi Tambang Berkelanjutan
Peningkatan kompetensi ini sangat penting karena Indonesia memiliki lebih dari 9 juta pengangguran, dengan banyak dari mereka adalah lulusan vokasi atau SMK yang seharusnya bisa dipekerjakan di sektor formal. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka yang belum mampu memenuhi standar industri yang dibutuhkan.
Dalam menghadapi tantangan ini, Kemnaker berkomitmen untuk memberikan pelatihan yang relevan dan terarah melalui program-program vokasi dan pelatihan berbasis industri.
Dengan mengembangkan pusat-pusat pelatihan produktivitas di seluruh Indonesia, diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih siap untuk menghadapi tantangan industri masa depan, termasuk di sektor pertambangan.
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menekankan bahwa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, produktivitas nasional harus meningkat secara signifikan. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan menciptakan 5.000 productivity specialists yang akan berperan dalam membawa produktivitas tenaga kerja Indonesia ke level yang lebih tinggi.
“Dengan meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja kita, kita akan mampu mencapai tujuan besar tersebut,” ujar Menteri Yassierli.
Pencapaian tersebut tentu tidak mudah, namun dengan sinergi antara pemerintah, industri, dan sektor pendidikan, Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih baik, di mana tenaga kerja yang terampil dan produktif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan hijau.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, Kemnaker juga merencanakan untuk menggandeng berbagai universitas terkemuka di Indonesia untuk mengembangkan program-program pelatihan dan sertifikasi yang dapat membantu para tenaga kerja mempersiapkan diri untuk dunia industri yang semakin berkembang.
Baca juga: Konsisten Terapkan Good Mining Practice, Ceria Raih Penghargaan GMP Award 2024 dari Kementerian ESDM
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, program ini diharapkan akan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih unggul, siap beradaptasi dengan teknologi baru, dan berkontribusi pada pengembangan industri pertambangan dan batubara yang berkelanjutan di Indonesia.
Dengan target ambisius ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh di kawasan ASEAN dalam menciptakan industri hijau yang produktif dan ramah lingkungan, dan secara bersamaan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerjanya. ***