Ecobiz.asia – Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) memberikan penghargaan kepada Profesor Emil Salim atas dedikasinya dalam membangun fondasi kebijakan dan pendidikan lingkungan di Indonesia.
Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Tribute to Prof. Emil Salim yang menjadi bagian dari peringatan Dies Natalis ke-9 SIL UI di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menyebut Emil Salim sebagai tokoh panutan yang meletakkan dasar regulasi lingkungan di Indonesia.
“Beliau mendorong lahirnya UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, menghadirkan AMDAL, hingga program PROPER. Emil Salim juga menggagas pembentukan pusat studi lingkungan di berbagai kampus, termasuk di UI,” ujar Diaz.
Ia menambahkan, gagasan Emil Salim tentang pentingnya pembangunan yang memperhatikan lingkungan sudah disuarakan sejak era 1970-an.
“Jadi zaman dulu, zamannya kita masih ngomongin pembangunan tahun 70-an, beliau sudah bicara mengenai safeguard-safeguard environment,” katanya.
Sekretaris SKK Migas Luky A. Yusgiantoro menilai pemikiran Emil Salim tentang harmoni antara ekonomi dan ekologi relevan untuk menghadapi tantangan energi dan iklim saat ini.
“Beliau jauh melampaui zamannya. Pemikirannya menempatkan keberlanjutan sebagai nilai moral pembangunan,” ujarnya.
Menurut Luky, kolaborasi lintas disiplin yang diwariskan Emil penting untuk mewujudkan transformasi menuju operasi migas yang berorientasi lingkungan.
Rektor Universitas Indonesia Prof. Heri Hermansyah menyampaikan penghargaan tertinggi kepada Emil Salim atas kontribusinya bagi ilmu pengetahuan, bangsa, dan lingkungan.
“Penghargaan ini simbol rasa hormat dan cinta atas dedikasi beliau. Warisan pemikirannya menjadi dasar keberlanjutan dalam kebijakan, keilmuan, dan strategi pembangunan,” kata Heri.
Penghargaan kepada Emil Salim diterima oleh dua anaknya Amelia Farina Salim dan Roosdinal Salim. Menurut Roosdinal, ayahnya sangat memprioritaskan pendidikan dan mendahulukan mengajar meskipun menjabat di posisi strategis pemerintahan termasuk menteri.
“Pak Emil selalu bangga sebagai dosen UI. Bahkan saat menjadi menteri, ia mendahulukan mengajar ketimbang sidang kabinet,” ungkapnya. ***