Ecobiz.asia — PT Rekayasa Industri (Rekind) menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan teknologi asal Inggris, Carbon Clean, untuk menghadirkan dan mengembangkan CycloneCC, sistem penangkapan karbon (carbon capture) modular berbiaya lebih rendah di Indonesia.
Penandatanganan dilakukan di sela penyelenggaraan Carbon Digital Conference (CDC) 2025 yang digelar Indonesia Carbon Trading Association (IDCTA) di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 8–9 Desember 2025.
CycloneCC merupakan teknologi penangkap CO₂ andalan Carbon Clean yang dirancang lebih ringkas dan hemat energi dibandingkan sistem konvensional. Teknologi ini diproyeksikan dapat menekan biaya penangkapan karbon secara signifikan dan mempercepat adopsi di sektor ketenagalistrikan, manufaktur, hingga industri berat di Indonesia.
Direktur Utama Rekind, Triyani Utaminingsih, mengatakan kolaborasi tersebut menjadi langkah penting perusahaan dalam mendukung transisi energi nasional, terutama di tengah pengetatan aturan karbon global.
“Teknologi ini tidak hanya mampu menurunkan emisi secara signifikan, tetapi juga menawarkan efisiensi biaya sehingga realistis untuk diterapkan secara luas,” ujarnya.
Ia menambahkan, kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) Uni Eropa yang akan berlaku penuh pada 2026 membuat industri perlu mempercepat upaya pengurangan emisi untuk menjaga daya saing ekspor.
Chief Growth Officer Carbon Clean, Krishna Kumar Singhania, mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk penerapan CycloneCC karena basis manufaktur yang terus berkembang dan kapasitas penyimpanan geologi yang luas.
Menurut dia, desain modular dan solvent berpaten yang digunakan CycloneCC memungkinkan instalasi yang lebih cepat serta biaya operasional yang lebih rendah.
Sebagai kontraktor EPC besar dengan pengalaman panjang membangun fasilitas industri skala besar, Rekind akan memimpin integrasi CycloneCC di berbagai sektor, termasuk pembangkit listrik tenaga uap PLN dan produsen listrik swasta, serta industri pupuk, semen, dan baja.
Kedua perusahaan memperkirakan teknologi ini dapat menurunkan biaya penangkapan karbon hingga 50 persen dibandingkan solusi konvensional, sehingga industri dapat mengurangi emisi tanpa menurunkan daya saing.
“Kami percaya kolaborasi ini akan mempercepat adopsi teknologi hijau dan memperkuat kontribusi Indonesia dalam menghadapi tantangan iklim global,” kata Triyani.
Rekind dan Carbon Clean juga berencana menjajaki peluang penerapan lebih luas di Indonesia dan kawasan seiring meningkatnya kebutuhan teknologi dekarbonisasi. ***


