Ecobiz.asia – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengundang kolaborasi riset dan inovasi pemanfaatan mangrove dengan melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), perguruan tinggi, dan mitra internasional untuk memperkuat pengelolaan serta nilai ekonomi ekosistem mangrove di Indonesia.
Wakil Menteri Kehutanan Rohmat Marzuki dalam pembukaan Talkshow dan Workshop Alam: Dari Pemuda untuk Mangrove Indonesia di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta, Selasa (28/10/2025), mengatakan bahwa mangrove tidak hanya berfungsi sebagai pelindung pesisir, tetapi juga memiliki potensi ekonomi dan farmasi yang besar jika dikelola berbasis penelitian.
“Mangrove adalah benteng hijau pesisir yang melindungi kita dari abrasi, gelombang pasang, dan tsunami. Tapi manfaatnya jauh lebih luas dari nilai ekologis hingga ekonomi. Karena itu, perlu banyak penelitian untuk menggali potensinya,” ujar Rohmat.
Ia mencontohkan hasil-hasil riset dan inovasi yang sudah berkembang, seperti pemanfaatan daun mangrove menjadi keripik, buah mangrove menjadi jus, sirup, dodol, hingga kopi.
“Lahirnya inovasi berawal dari penelitian. Bukan tidak mungkin ke depan tanaman mangrove bisa dikembangkan untuk bahan obat-obatan atau industri farmasi,” tambahnya.
Rohmat juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas lembaga, termasuk dukungan dari Bank Dunia melalui program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang saat ini membantu rehabilitasi mangrove di empat provinsi yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Riau.
“Ini wujud komitmen internasional untuk menjaga mangrove Indonesia tetap menjadi bagian terbesar dari ekosistem mangrove dunia,” katanya.
Indonesia saat ini memiliki ekosistem mangrove seluas lebih dari 3,36 juta hektare, atau sekitar 20 persen dari total mangrove dunia. Selain berfungsi sebagai pelindung alami kawasan pesisir, mangrove juga berperan penting dalam menyerap emisi karbon, menstabilkan garis pantai, serta menjadi habitat penting bagi berbagai biota laut dan darat.
Kemenhut juga mendorong 68 fakultas kehutanan di Indonesia untuk memperkuat kerja sama penelitian dan pendidikan tentang hutan mangrove.
“Kami ingin generasi muda terus meningkatkan kreativitas dan inovasi agar semakin banyak riset yang melahirkan nilai tambah dari kekayaan hayati kita, khususnya mangrove,” ujar Rohmat.
Dia dengan ajakan kepada mahasiswa, akademisi, dan lembaga riset untuk menjadikan mangrove sebagai ruang belajar, inovasi, dan kolaborasi lintas disiplin dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir Indonesia. ***





