Ecobiz.asia — Project InnerSpace merilis laporan The Future of Geothermal in Indonesia yang menyimpulkan bahwa pemanfaatan panas bumi generasi terbaru berpotensi memenuhi hingga 90 persen kebutuhan panas industri nasional dan memperkuat pencapaian target energi terbarukan Indonesia.
Laporan tersebut menyebut Indonesia memiliki potensi teknis panas bumi sekitar 2.160 gigawatt (GW), jauh di atas estimasi sumber daya hidrotermal saat ini.
Pemanfaatan potensi tersebut dinilai mampu menyediakan pasokan listrik rendah emisi yang stabil, menurunkan biaya energi untuk industri dan pusat data, serta menciptakan lebih dari 650.000 lapangan kerja.
Project InnerSpace menilai kemajuan teknologi pengeboran dan konstruksi sumur memungkinkan panas bumi dikembangkan di luar reservoir hidrotermal konvensional.
Sistem generasi terbaru ini tidak membutuhkan kantong panas alami, sehingga dapat dibangun lebih dekat dengan pusat kebutuhan industri atau kawasan permukiman.
“Indonesia telah menjadi pemimpin global dalam panas bumi hidrotermal. Dengan modernisasi regulasi dan perluasan fokus pemanfaatan, Indonesia dapat membuka ribuan megawatt energi rendah emisi dan memperkuat daya saing industri,” kata Jackson Grimes, Direktur Keterlibatan Global Project InnerSpace dikutip Rabu (3/12/2025).
CEO Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pemanfaatan teknologi ini dapat mengurangi risiko sosial dan konflik lahan karena lokasi pengembangan lebih fleksibel.
“Mengoptimalkan keahlian minyak, gas, dan panas bumi domestik akan mempercepat realisasi proyek serta menurunkan biaya,” ujarnya.
Kajian tersebut menilai pengembangan panas bumi generasi baru dapat mendukung ketahanan energi jangka panjang, mempercepat pengurangan ketergantungan pada PLTU batu bara, serta menopang pertumbuhan ekonomi digital melalui pasokan listrik yang lebih andal bagi pusat data.
Dalam laporannya, Project InnerSpace mengajukan sejumlah rekomendasi, termasuk pembaruan definisi dan kerangka perizinan panas bumi agar mencakup pemanfaatan panas langsung dan pendinginan terpusat, penetapan target nasional untuk listrik dan panas industri berbasis panas bumi, serta pembentukan jalur percepatan perizinan lintas kementerian.
Laporan itu juga mengusulkan reformasi skema royalti panas bumi dan perluasan program pelatihan teknis untuk memanfaatkan kompetensi tenaga kerja domestik.
Sebagai tindak lanjut, Project InnerSpace akan mendanai studi kelayakan pendinginan berbasis panas bumi di Universitas Gadjah Mada. Jika hasilnya positif, inisiatif tersebut akan dilanjutkan melalui program GeoFund. ***


