Ecobiz.asia — Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) akan digelar di Belem, Brasil, pada November mendatang, dan menjadi momentum penting bagi negara-negara dunia memperbarui komitmen terhadap pengendalian emisi karbon.
Menjelang perhelatan global tersebut, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menegaskan kembali posisi Indonesia dalam Paris Agreement, yakni berkomitmen menekan emisi dan menjaga kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celcius.
“Presiden Prabowo telah menegaskan posisi resmi pemerintah Indonesia tetap menjadi bagian dari Paris Agreement. Kita berkomitmen mencapai Net Zero Emissions paling lambat pada 2060, namun kita berupaya mempercepat target tersebut agar bisa tercapai antara 2050 hingga 2060,” ujar Hashim.
Hal itu disampaikan Hashim dalam BloombergNEF Forum 2025 di Jakarta, Senin (6/10/2025).
Hashim menyebut, pemerintah tengah memperkuat peta jalan transisi energi dengan menempatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai tulang punggung bauran energi nasional.
Dalam rancangan strategis yang disiapkan pemerintah, Indonesia menargetkan EBT mencapai 75 persen dari Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) pada tahun 2040.
“Pemerintah menargetkan energi terbarukan mencapai 75% dari RUKN 2040,” katanya.
Mendukung langkah tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memaparkan bahwa hingga tahun 2040 perusahaan akan menambah kapasitas listrik nasional sebesar 100 gigawatt (GW), dengan 75% di antaranya berbasis EBT.
Untuk itu, PLN tengah menyiapkan green-enabling super grid yaitu sistem jaringan hijau nasional sepanjang 70 ribu kilometer sirkuit (kms) yang akan menghubungkan Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
“Kami tengah menyiapkan super grid nasional yang memungkinkan energi hijau dari wilayah sumber seperti Nusa Tenggara dan Sulawesi tersambung ke pusat permintaan di Jawa dan Sumatra,” jelas Darmawan.
Ia menegaskan, transformasi energi bukan hanya tentang dekarbonisasi, tetapi juga pemerataan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru.
“Kita akan beralih dari energi impor menuju energi domestik, dari energi mahal menuju energi terjangkau. Di saat yang sama kita mengurangi emisi karbon, membuka investasi hijau, dan menekan kemiskinan. Inilah keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan yang menjadi arah masa depan Indonesia,” ujarnya.
Darmawan menambahkan, PLN tidak dapat bekerja sendiri. Transisi energi, katanya, merupakan tanggung jawab global yang membutuhkan kolaborasi lintas negara mulai dari investasi, transfer teknologi, hingga pengembangan kapasitas.
“Tidak ada satu negara pun yang bisa menghadapi krisis iklim sendirian. PLN siap bekerja sama dengan mitra internasional untuk mempercepat pencapaian Net Zero Emissions,” tegasnya.
Komitmen itu turut diamini oleh Izumi Kai, CEO JERA Asia dan Managing Executive Officer JERA Co., Inc, yang menilai Indonesia memiliki peran strategis dalam transisi energi global.
“Menuju target net zero 2060, kami siap bekerja bersama PLN dan para pemangku kepentingan utama di Indonesia untuk memastikan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” kata Izumi.
Ia menambahkan, setiap negara menghadapi tantangan unik dalam implementasi energi rendah karbon, dan Indonesia perlu mengadopsi pendekatan “all of the above” yaitu memanfaatkan semua opsi teknologi dan strategi dekarbonisasi yang tersedia.
“Indonesia membutuhkan pendekatan komprehensif, karena tidak ada satu solusi tunggal untuk mencapai net zero,” tutupnya. ***