Ecobiz.asia — Pertamina akan memperluas proyek produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) ke Kilang Dumai dan Balongan.
Ekspansi ini merupakan kelanjutan dari proyek percontohan USAF (Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel) yang telah dikembangkan di Kilang Cilacap sejak 2024.
Komitmen pengembangan ditandai dengan penandatanganan kerja sama di Grha Pertamina, Jakarta, Senin (26/5/2025), oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina Patra Niaga.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menyatakan bahwa proyek USAF adalah langkah strategis Pertamina dalam mendorong energi rendah karbon sekaligus mendukung target Net Zero Emission Indonesia 2060.
Baca juga: IHC Dorong Pengelolaan Minyak Jelantah Lewat Vending Machine UCO, Bisa Dapat Saldo Digital
“SAF bukan lagi konsep, tapi realitas. Kami siap memproduksi SAF bersertifikat dari minyak jelantah mulai kuartal ketiga 2025,” ujar Taufik.
Ia menyebut proyek ini selaras dengan Peraturan Menteri ESDM No. 4 Tahun 2025 dan roadmap pemerintah yang mempercepat target komersialisasi SAF dari 2027 ke 2026.
Sejak 2020, KPI telah menguji bioavtur dari Palm Kernel Oil di Kilang Cilacap. Uji coba lanjutan dilakukan dalam penerbangan CN-235 dan rute komersial Garuda Indonesia Jakarta–Solo.
Kini, KPI menargetkan komersialisasi SAF berbasis UCO, didukung pengembangan katalis lokal dan sertifikasi keberlanjutan ISCC EU serta CORSIA.
Plt Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menambahkan bahwa pihaknya telah menyiapkan alat pengumpul minyak jelantah di 10 SPBU di Jakarta.
“Sudah ada 6.042 warga yang menyetorkan UCO secara sukarela,” ujarnya. Upaya ini membuka partisipasi masyarakat dalam mendukung ekonomi sirkular energi.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menekankan bahwa proyek USAF harus diwujudkan hingga implementasi nyata. “Ini bukan sekadar seremoni. Kita harus pastikan proyek ini memberi manfaat konkret bagi ketahanan energi dan lingkungan,” tegasnya.
Baca juga: Kilang Pertamina Internasional Segera Uji Coba Produksi Bioavtur Berbahan Minyak Jelantah
Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, turut menggarisbawahi bahwa SAF bukan hanya proyek teknis, melainkan misi strategis membangun ekosistem energi ramah lingkungan. Ia meminta seluruh subholding Pertamina bekerja sama dan memperluas kolaborasi dengan sektor lain, termasuk maskapai, lembaga riset, dan mitra global.
“SAF harus menjadi solusi berkelanjutan. Pertamina harus memimpin sebagai produsen utama dan market leader di pasar SAF domestik maupun internasional,” ujarnya.
Pertamina menargetkan pengoperasian Green Refinery Project berkapasitas 6 MBSD di Cilacap pada 2028. Proyek ini akan mengolah bahan baku berkelanjutan seperti UCO dan POME, menjadikan Indonesia pelopor produksi SAF dari limbah domestik. ***