Ecobiz.asia — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menegaskan bahwa hilirisasi pertambangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor energi nasional.
Dalam sambutannya di acara Indonesia Coal and Energy Expo & Indonesia Clean Coal and Green Mining Conference 2025, Kamis (15/5), Sekretaris Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Siti Sumilah Rita Susilawati, menyatakan bahwa Indonesia tidak lagi puas hanya mengekspor bahan mentah.
Baca juga: LG Batal Investasi Baterai EV, Aspebindo Serukan Peningkatan Kemandirian Hilirisasi Nasional
“Kami memahami bahwa pengolahan hilir dan mineral bernilai tambah akan memperpanjang nilai yang jauh melampaui pendapatan ekspor,” ujar Rita pada kesempatan tersebut.
Rita menambahkan bahwa kebijakan hilirisasi ini bertujuan untuk memperkuat keuntungan sosial-ekonomi di Indonesia. “Dengan mengolah bijih nikel menjadi baja tahan karat, kawat batang, dan komponen baterai kendaraan listrik di dalam negeri, kami menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, memfasilitasi transfer teknologi, dan memperluas basis pajak kami,” jelasnya.
Menurut Rita, pengintegrasian operasi pertambangan langsung dengan manufaktur hilir dapat mengurangi biaya logistik, mempercepat waktu rantai pasokan, serta meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
Selain itu, industri terkait seperti layanan teknik, remediasi lingkungan, serta pemeliharaan peralatan juga berkembang di sekitar pusat-pusat pertambangan, mendiversifikasi ekonomi lokal, dan memperkuat ketahanan terhadap volatilitas harga komoditas.
“Ini bukan hanya kebijakan, ini adalah kedaulatan ekonomi dalam aksi,” tegas Rita. Ia juga menambahkan, “Kepada mitra internasional kami, Indonesia menyambut teknologi, investasi, dan keahlian Anda. Bersama-sama, kita dapat membangun rantai pasokan yang berkelanjutan untuk mineral kritis dan batubara, mempercepat dekarbonisasi, dan mencapai emisi nol bersih.”
Rita mengajak para pemimpin industri untuk terus berinovasi, mengadopsi praktik pertambangan yang lebih ramah lingkungan, berinvestasi dalam integrasi energi terbarukan, dan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat. “Meskipun masa depan energi belum ditulis dengan batu, itu dibangun melalui kolaborasi, inovasi, dan kepemimpinan yang berani,” ujarnya.
Baca juga: Genjot Hilirisasi, Menteri ESDM: India Mitra Utama dalam Rantai Pasok Global
Rita juga menekankan bahwa Indonesia diberkahi dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. “Kami menduduki peringkat ketujuh dunia dalam hal cadangan batubara terbesar, dengan 31,7 miliar ton, yang mendukung kebutuhan energi domestik dan global,” kata Rita.
Indonesia juga merupakan negara dengan cadangan timah terbesar di dunia, menguasai lebih dari 5,3 miliar ton, serta memiliki posisi strategis dalam pasokan timah, bauksit, kobalt, dan emas, yang menjadikan Indonesia mitra utama dalam transisi energi global.
Sektor batubara Indonesia tetap menjadi raksasa dalam industri energi dunia. Pada 2023 dan 2024, Indonesia memproduksi lebih dari 700 juta ton batubara, dengan ekspor melebihi 500 juta ton, yang menggerakkan industri dari China hingga India.
Rita menegaskan, meskipun Indonesia memimpin produksi batubara global, pihaknya tetap menjaga keseimbangan antara komitmen ekspor dan kebutuhan energi domestik. “Ini memastikan pembangkit listrik tenaga uap di negara kami terus mendukung industri kami sambil mempercepat transisi energi global,” ujarnya.
Menurutnysa, sejak 2022, sektor mineral dan batubara telah memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan non-pajak di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang diperkirakan mencapai lebih dari IDR 140 triliun atau sekitar USD 10 miliar pada tahun 2024. “Sumber daya ini bukan hanya sekadar sumber daya alam, melainkan juga fondasi dari ketahanan ekonomi kita,” tandas Rita. ***