Mengenal EEHV: Virus Mematikan yang Mengancam Gajah Sumatera

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia — Dalam beberapa tahun terakhir, para konservasionis gajah di Indonesia menghadapi ancaman baru selain kehilangan habitat dan konflik manusia–satwa: sebuah virus yang dapat menyerang gajah, terutama anak-anaknya, secara cepat dan fatal.

Virus itu dikenal sebagai Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV), sebuah jenis herpesvirus yang secara khusus menyerang gajah Asia dan bisa menyebabkan kematian dalam hitungan hari.

EEHV adalah kelompok virus herpes yang umum ditemukan pada gajah baik di penangkaran maupun di alam liar. Pada banyak kasus, virus ini berada dalam tubuh gajah tanpa menunjukkan gejala jelas, namun pada sebagian individu, terutama anak gajah virus ini dapat berkembang menjadi bentuk penyakit yang sangat fatal, dikenal sebagai EEHV Hemorrhagic Disease (EEHV-HD).

Virus ini menyerang lapisan pembuluh darah atau endotelium, yang dapat mengakibatkan pendarahan internal yang cepat dan parah. Gejala yang muncul bisa mencakup letargi, kehilangan nafsu makan, pembengkakan di kepala atau leher, dan anemia, namun seringkali tampak umum sehingga sulit dideteksi pada tahap awal.

EEHV terutama mematikan bagi gajah muda berusia di bawah 4–8 tahun, dengan tingkat kematian tinggi jika tidak segera ditangani. Studi global menunjukkan sebagian besar kasus fatal terjadi pada gajah Asia yang belum memiliki kekebalan penuh terhadap virus ini.

Read also:  PNBP Sektor ESDM Tembus Rp228 Triliun, Minerba Masih Jadi Andalan

Kasus di Indonesia

Kematian anak gajah akibat virus EEHV di Indonesia telah dikonfirmasi. Di antaranya adalah Laila, seekor anak gajah Sumatera berusia 1,5 tahun yang meninggal di Pusat Konservasi Gajah Sebanga, Riau, pada November 2025 setelah hasil laboratorium menunjukkan positif EEHV yang menyerang organ hati.

Sebelumnya, kasus serupa juga ditemukan pada anak gajah lain di Riau yang mati mendadak setelah menunjukkan sedikit gejala awal, yang kemudian terkonfirmasi oleh pemeriksaan laboratorium sebagai infeksi

Sifatnya yang cepat dan sulit diprediksi membuatnya menjadi perhatian serius dalam pengelolaan populasi gajah, baik di penangkaran maupun di habitat alaminya.

Penularan EEHV diyakini terjadi melalui kontak langsung antar gajah, misalnya melalui cairan tubuh seperti air liur atau kontak belalai. Sejauh ini belum ada bukti bahwa virus ini dapat ditularkan ke manusia atau spesies lain.

Deteksi dini merupakan tantangan besar karena gejala awal sering tidak spesifik. Tes laboratorium seperti PCR untuk menemukan DNA virus menjadi salah satu metode yang digunakan, tetapi hasilnya membutuhkan waktu dan tes cepat masih terbatas.

Upaya Pencegahan dan Penanganan

Read also:  Bakal Rugikan Petani, POPSI Tolak Wacana Kenaikan Pungutan Ekspor Sawit untuk Program B50

Hingga kini, belum tersedia vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi EEHV pada gajah. Penelitian vaksin sedang berlangsung di berbagai institusi global, termasuk usaha pengembangan vaksin mRNA untuk elephant herpes di luar negeri yang menunjukkan hasil awal menjanjikan pada beberapa kasus.

Di Indonesia, pendekatan yang diterapkan termasuk peningkatan ketahanan tubuh gajah melalui suplemen dan vitamin untuk meningkatkan sistem imun, terutama pada anak gajah yang rentan. Pemberian nutrisi tambahan di tempat konservasi menjadi salah satu langkah sementara yang dianjurkan.

Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan mitra internasional untuk membangun kapasitas deteksi dini dan penanganan medis pada gajah.

Pada Desember 2025, tim dokter spesialis dari Vantara, India, salah satu pusat rehabilitasi dan konservasi gajah terbesar di dunia hadir di Riau untuk membantu analisis medis dan tindakan preventif terhadap risiko EEHV.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan, Prof Satyawan Pudyatmoko menjelaskan pencegahan kematian gajah akibat infeksi EEHV memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama dalam mendeteksi gejala sejak dini.

Dengan adanya kerjasama, dia mengharapkan dapat menyelamatkan populasi gajah Sumatera yang bukan hanya terancam akibat kehilangan rumah ekosistem mereka, tapi juga ancaman EEHV.

Read also:  WALHI Papua Tolak Rencana Pemerintah Buka Hutan Besar-besaran untuk Proyek Sawit dan Tebu

“Sehingga untuk mencegah itu, kita perlu ada pengetahuan yang cukup. Perlu ada keterampilan yang cukup. Kita bekerjasama dengan mitra kita dari luar negeri untuk datang bersama-sama. Membuat peaceline data untuk Gajah yang ada di sini, lalu juga tentu capacity building untuk mahout (pawang gajah)-nya,” jelasnya, Senin (22/12/2025).

CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen mengatakan, pihaknya sebagai perwakilan Vantara di Indonesia, siap mendukung pemerintah dalam survei dan penanganan kesehatan gajah.

Dia menjelaskan, tim dokter spesialis gajah dari India telah melakukan diagnosis awal, mempelajari kondisi kesehatan serta kesejahteraan gajah di lokasi tersebut, terutama pasca merebaknya penyakit herpes.

EEHV menambah satu lagi lapisan ancaman terhadap gajah Asia, yang populasinya sendiri telah menurun tajam akibat perusakan habitat, konflik manusia–satwa, dan hilangnya sumber pakan. Penambahan penyakit mematikan seperti EEHV berarti konservasi gajah harus melibatkan tidak hanya perlindungan habitat, tetapi juga manajemen kesehatan satwa berbasis sains dan data.

Upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga konservasi, dan pakar internasional diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan mitigasi, khususnya melalui peningkatan deteksi dini, penanganan medis cepat, dan upaya pencegahan berkelanjutan. ***

LATEST STORIES

MORE ARTICLES

Berkas Lengkap, Gakkum Kehutanan Segera Bawa 4 Tersangka Perambahan Tahura Jadi Sawit di Jambi ke Persidangan

Ecobiz.asia — Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kehutanan Wilayah Sumatera menuntaskan penanganan kasus perambahan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Orang Kayo Hitam (OKH) di Kabupaten...

Bakal Rugikan Petani, POPSI Tolak Wacana Kenaikan Pungutan Ekspor Sawit untuk Program B50

Ecobiz.asia — Perkumpulan Organisasi Petani Sawit Indonesia (POPSI) menolak wacana kenaikan pungutan ekspor (PE) kelapa sawit pada 2026 yang dikaitkan dengan rencana peningkatan mandatori...

Menteri LH Gandeng Muslimat NU, Perkuat Gerakkan Pengendalian Sampah dan Krisis Lingkungan

Ecobiz.asia — Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menggandeng Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk memperkuat gerakan nasional...

BPDLH Selesaikan Tiga Proyek Pembiayaan Lingkungan untuk Dukung Ekonomi Sirkular dan Ketahanan Iklim

Ecobiz.asia — Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) menutup tiga proyek pendanaan yang bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dan UMKM dalam pengelolaan lingkungan hidup serta...

Dua Tersangka Jaringan Kayu Ilegal Modus Dokumen PHAT Dilimpahkan ke Kejari Batam

Ecobiz.asia — Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Gakkumhut) Kementerian Kehutanan melimpahkan dua tersangka kasus peredaran kayu ilegal antar pulau ke Kejaksaan Negeri Batam setelah...

TOP STORIES

Gandeng Kelompok Tani, Pertamina Hulu Mahakam Rehabilitasi 345 Hektare DAS

Ecobiz.asia – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Wilayah Kalimantan Sulawesi merehabilitasi Daerah Aliran...

Indonesia Opens Access to Performance-Based REDD+ Carbon Financing Through ART-TREES

Ecobiz.asia — Indonesia’s Ministry of Forestry (Kemenhut) has opened opportunities for subnational governments to access performance-based REDD+ carbon financing through the ART-TREES mechanism, as...

Berkas Lengkap, Gakkum Kehutanan Segera Bawa 4 Tersangka Perambahan Tahura Jadi Sawit di Jambi ke Persidangan

Ecobiz.asia — Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kehutanan Wilayah Sumatera menuntaskan penanganan kasus perambahan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Orang Kayo Hitam (OKH) di Kabupaten...

Bakal Rugikan Petani, POPSI Tolak Wacana Kenaikan Pungutan Ekspor Sawit untuk Program B50

Ecobiz.asia — Perkumpulan Organisasi Petani Sawit Indonesia (POPSI) menolak wacana kenaikan pungutan ekspor (PE) kelapa sawit pada 2026 yang dikaitkan dengan rencana peningkatan mandatori...

PetroChina Sukses Rehabilitasi 34 Hektare DAS di Jambi, Tingkat Keberhasilan Vegetasi Capai 95 Persen

Ecobiz.asia — SKK Migas–PetroChina International Jabung Ltd. menyelesaikan rehabilitasi lahan seluas 34 hektare di Kawasan Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,...