MORE ARTICLES

Gunung Raja Paksi Gandeng Primetals, Produksi Baja Tanpa Emisi Karbon

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja swasta terbesar di Indonesia, menandatangani kesepakatan dengan Primetals Technologies Ltd, yang akan menjadikan GRP sebagai pabrik baja yang mampu memenuhi permintaan baja hot rolled coils (HRC) atau gulungan canai panas tanpa emisi karbon. 

GRP akan mengintegrasikan konsep Arvedi Endless Casting and Rolling (ESP) dari Primetals Technologies, sebuah teknologi yang menghubungkan langsung proses–proses casting dan rolling dalam mode tanpa henti, serta memungkinkan produksi baja dengan ketebalan sangat tipis hingga di bawah 1 milimeter, yang dapat menggantikan baja canai dingin. 

Sebagai bagian dari program transisi ambisiusnya, GRP juga akan menerapkan produksi baja berbasis tanur busur listrik / Electric Arc Furnace (EAF).

Baca juga: Gunung Raja Paksi Raih Pembiayaan Rp60 M dari IFC untuk Produksi Baja Rendah Karbon

Teknologi Arvedi ESP adalah teknologi pertama yang dikembangkan untuk produksi baja gulungan yang menghilangkan penggunaan bahan bakar fosil, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca langsung menjadi nol. 

Produksi akan dimulai pada tahun 2027. Saat itu kapasitas produksi GRP akan menjadi 2.500.000-ton baja rendah karbon, di mana lebih dari 50% akan diekspor ke Uni Eropa (EU).

Kesepakatan ini memperkuat status GRP sebagai pionir baja rendah karbon di kawasan ini serta keunggulan kompetitifnya ketika melakukan ekspor dalam masa penetapan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang dimiliki oleh Uni Eropa. Ini juga merupakan pencapaian terbaru GRP dalam inisiatif industri Project Green Dragon yang dimiliki oleh perusahaan.

Baca juga: Vela-Alpha: Pesawat Listrik Karya Insinyur Indonesia yang Rendah Karbon

“Melalui kemitraan dengan Primetals Technologies, kami berinvestasi dalam daya saing global industri baja Indonesia untuk menjamin masa depannya, sekaligus mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan industri baja secara berkelanjutan dan mencapai target nol emisi karbon pada 2060,” jelas Kimin Tanoto, Executive Chairman GRP dikutip Rabu (26/2/2025).

Lingkup kerja Primetals Technologies mencakup penyediaan peralatan teknologi lengkap, termasuk mesin high speed caster dan rolling mill dengan konfigurasi 3 + 5 stands, serta solusi kelistrikan dan otomasi penuh untuk menyelesaikan konfigurasi pabrik ESP.

Read also:  PLN Nusantara Power Ambil Alih Penuh PLTMG Nias, Perkuat Keandalan Listrik di Kepulauan

“Lini Arvedi ESP di GRP akan menjadi pabrik ke-13 di dunia yang menerapkan konsep revolusioner endless casting and rolling dari Primetals Technologies,” kata Andreas Viehboeck, Executive Vice President dan Head of Global Business Unit Upstream di Primetals Technologies. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

KLH/BPLH Segel PT Xin Yuan Steel Indonesia karena Cemari Udara dan Timbun Limbah Ilegal

Ecobiz.asia — Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyegel dan menghentikan operasional tungku pembakaran milik PT Xin Yuan Steel Indonesia di Balaraja, Kabupaten...

PLN Nusantara Power Ambil Alih Penuh PLTMG Nias, Perkuat Keandalan Listrik di Kepulauan

Ecobiz.asia — PLN Nusantara Power (PLN NP) resmi mengambil alih penuh pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Nias berkapasitas 25 megawatt (MW), mempertegas...

Belajar dari Brasil, Bahlil Mau Tebu di Merauke Jadi Ethanol Saja

Ecobiz.asia — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan optimalisasi perkebunan tebu di Merauke untuk bahan baku ethanol. Inspirasi datang dari model...

Pertamina Siap Impor Minyak Mentah dari AS, Tunggu Payung Regulasi Pemerintah

Ecobiz.asia — PT Pertamina (Persero) menyatakan siap mengimpor minyak mentah dan LPG dari Amerika Serikat guna memperkuat pasokan kilang dalam negeri. Namun, rencana ini...

Indonesia Finalisasi Second NDC, Emisi Karbon Harus Turun 60 Persen hingga 2035

Ecobiz.asia — Pemerintah Indonesia tengah merampungkan dokumen Second Nationally Determined Contribution (Second NDC), yang akan menjadi arah kebijakan iklim nasional untuk periode 2031–2035. Dokumen ini...