Ecobiz.asia — Siapa sangka, ganggang hijau di air bisa menjadi kunci masa depan energi bersih Indonesia.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama PT Patra Drilling Contractor (PDC) tengah mengembangkan inovasi Energi aLAM (ELAM) berbasis mikroalga, teknologi bioteknologi hijau yang memanfaatkan kemampuan alami mikroalga untuk menyerap karbon dioksida (CO₂) dan mengubahnya menjadi sumber energi baru.
Inovasi ini menjadi langkah nyata dua anak usaha Pertamina tersebut dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE), sekaligus membuka peluang baru dalam ekonomi hijau.
Melalui pendekatan bioteknologi, mikroalga akan dimanfaatkan untuk menyeimbangkan atmosfer bumi dengan “memakan” emisi karbon dari aktivitas industri migas.
“Dengan memanfaatkan mikroalga, kita tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga mengembalikan manfaatnya ke alam sebagai soil enhancer atau penyubur tanah tandus menjadi lahan penghijauan,” ujar Doli Hasyda Bragoba, Sr. Spec Innovation Process & Facility PHE dalam keterangannya, Rabu (12/11/2025).
Lebih dari sekadar penyerap karbon, hasil biomassa dari proses fotosintesis mikroalga juga bisa diolah menjadi biofuel, pupuk organik, bahan pangan, bahkan produk industri berkelanjutan.
Artinya, proyek ini tidak hanya membantu menekan emisi, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru dari sumber daya hayati yang terbarukan.
Saat ini, PDC tengah melakukan pembibitan mikroalga dan fabrikasi sistem di Workshop Cikarang untuk tahap uji coba di Stasiun Pengumpul (SP) Subang.
Uji coba tersebut dirancang dengan kapasitas desain 1 MMscfd, di mana mikroalga diproyeksikan mampu menyerap sekitar 0,2 MMscfd gas CO₂.
Tahapan implementasi proyek telah melalui pengujian laboratorium, pemilihan jenis mikroalga yang sesuai dengan komposisi gas buang, serta uji perbandingan antara soil enhancer dan pupuk konvensional.
Desain sistemnya menggunakan model single stage photobioreactor, yang memastikan efisiensi penyerapan karbon dan produksi biomassa.
“Kami juga menerapkan konsep circular economy dalam pengembangan inovasi mikroalga ini. Biomassa yang dihasilkan akan diolah kembali menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” kata Andipa Damatra, Project Manager PDC.
Langkah PHE dan PDC ini menandai upaya serius sektor energi nasional dalam memperkuat sinergi antara sains, alam, dan teknologi hijau. Implementasi proyek mikroalga di Subang diharapkan menjadi benchmark nasional dalam penerapan teknologi penyerapan karbon berbasis hayati di industri energi Indonesia.
“Kami berharap proyek ini memberikan hasil signifikan terhadap pengurangan emisi CO₂ dan menjadi bagian penting dalam perjalanan Pertamina menuju energi yang berkelanjutan,” tutup Andipa.
Dengan memadukan inovasi dan kearifan alam, kolaborasi PHE dan PDC menunjukkan bahwa transisi energi hijau tidak selalu berarti meninggalkan sumber daya lama — tapi justru, memberi kehidupan baru bagi bumi melalui solusi alami yang cerdas. ***




