Ecobiz.asia — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi meningkatnya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor seiring masuknya masa peralihan menuju puncak musim hujan pada Oktober 2025.
Untuk itu, upaya mitigasi bencana hidrometeorologi perlu diperkuat melalui sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat.
Hal tersebut mengemuka dalam Webinar FOLU Talks bertajuk “Kolaborasi Multipihak dalam Mitigasi Bencana Banjir di DAS Anai, Provinsi Sumatera Barat”, Rabu (8/10/2025). Webinar dipandu oleh Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kementerian Kehutanan, Nurul Iftitah.
Kepala Stasiun Klimatologi Sumatera Barat Heron Tarigan mengatakan intensitas hujan di provinsi itu masih tinggi, dengan potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat dan angin kencang di Solok, Solok Selatan, Sijunjung, dan Dharmasraya.
“Kami mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap hujan berdurasi lama yang dapat memicu banjir dan longsor, terutama di daerah berlereng curam dan kawasan aliran sungai,” ujarnya.
Menurut Heron, pola hujan di Sumatera Barat dipengaruhi oleh kombinasi pengaruh Samudera Hindia, posisi khatulistiwa, dan topografi Bukit Barisan. Curah hujan tahunan berkisar antara 2.400 hingga lebih dari 4.700 milimeter, dengan intensitas tertinggi di Padang Panjang dan Tanah Datar.
BMKG mencatat fenomena hujan ekstrem di atas 150 milimeter per hari masih kerap terjadi di beberapa titik. Analisis terhadap banjir bandang Mei 2024 menunjukkan adanya daerah konvergensi dan belokan angin di lapisan 3.000 kaki yang memicu pembentukan awan hujan intens, disertai kelembapan udara hingga 99 persen.
Sementara itu, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Agam Kuantan Imas Aidaningsih mengungkapkan, DAS Anai di Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan rawan banjir bandang dan longsor akibat topografi curam, tanah labil, dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai peruntukan.
“Banjir bandang yang melanda Lembah Anai pada Mei 2024 menjadi peringatan serius atas menurunnya daya dukung lingkungan. Pengelolaan DAS yang berkelanjutan adalah kunci mencegah bencana serupa,” katanya.
Bencana tersebut menelan korban jiwa dan merusak jalan lintas Padang–Bukittinggi, dengan debit banjir mencapai 405 meter kubik per detik, jauh di atas kapasitas sungai sebesar 114 meter kubik per detik. DAS Anai seluas 68.891 hektare membentang di enam kabupaten/kota dan didominasi tanah kambisol yang mudah tererosi, dengan lebih dari 40 persen wilayah berkelerengan curam.
Sebagai langkah mitigasi, BPDAS Agam Kuantan telah merehabilitasi hutan dan lahan seluas lima hektare di Kabupaten Tanah Datar melalui program FOLU Net Sink 2030, membangun tiga dam penahan dan tiga gully plug, serta menyiapkan penguatan sistem peringatan dini bencana.
BMKG dan BPDAS Agam Kuantan menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat dalam memperkuat pengelolaan DAS guna mengurangi risiko bencana hidrometeorologi di Sumatera Barat. ***