Ecobiz.asia — Kolaborasi multipihak lintas sektor dinilai penting untuk mendorong regenerasi hutan tropis dan pemberdayaan masyarakat lokal sebagai bagian dari solusi perubahan iklim.
Hal tersebut mengemuka dalam sesi dialog bertajuk “Regenerating Forests and Empowering Local Communities” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP30 UNFCCC di Belém, Brasil, Selasa (11/11).
Diskusi menghadirkan APP Group, WWF Indonesia, GenZero, dan CIFOR–ICRAF untuk membahas strategi memperkuat ketahanan ekosistem hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan.
Sesi dipandu Executive Vice President World Business Council for Sustainable Development Dominic Waughray, dengan menghadirkan panelis seperti Chief Sustainability Officer APP Group Elim Sritaba, CEO WWF Indonesia Aditya Bayunanda, Policy & Analytics GenZero Anshari Rahman, serta Theme Leader Climate Change, Energy, and Low Carbon Development CIFOR–ICRAF Beria Leimona.
Dalam diskusi itu, APP Group mewakili sektor industri memaparkan model jangka panjang pengelolaan hutan dan kemitraan masyarakat. Panel juga menyoroti perbedaan antara siklus keuangan dan pasar yang cenderung berjangka pendek, sementara ekosistem dan masyarakat adat bekerja dalam rentang waktu lintas generasi.
Para panelis menekankan perlunya kerangka kerja terpadu yang menyelaraskan tujuan ekonomi dan lingkungan, termasuk penguatan pembiayaan inovatif dan tata kelola inklusif untuk memperkuat kontribusi Indonesia dalam solusi iklim berbasis hutan.
“Hutan Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan lingkungan sekaligus mendukung pembangunan ekonomi. Melalui Forest Positive Policy di bawah platform Regenesis, kami ingin memastikan pertumbuhan usaha selaras dengan manfaat nyata bagi masyarakat dan iklim,” ujar Elim Sritaba.
APP Group menyampaikan bahwa perusahaan mengalokasikan dana US$30 juta per tahun selama 10 tahun untuk restorasi lanskap, pemulihan keanekaragaman hayati, dan pemberdayaan masyarakat di wilayah operasionalnya.
Aditya Bayunanda menekankan pentingnya memastikan setiap inisiatif sektor swasta benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat. Menurut dia, kawasan dengan habitat penting, keanekaragaman hayati tinggi, serta jasa lingkungan seperti air dan nilai budaya perlu menjadi prioritas perlindungan.
Sementara itu, Beria Leimona menegaskan pentingnya menyeimbangkan pendekatan ilmiah dengan relevansi sosial. Pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dinilai krusial agar program memiliki legitimasi dan keberlanjutan jangka panjang. ***




