Kemenhut Perkuat Pencegahan Kebakaran Hutan untuk Jaga Kredibilitas Kredit Karbon

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – Kementerian Kehutanan menegaskan bahwa pencegahan kebakaran hutan menjadi kunci menjaga kredibilitas pasar karbon global.

Pernyataan ini disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Perubahan Iklim, Haruni Krisnawati, dalam sesi Forest Fires and Carbon pada ajang World Climate Industry Expo 2025 di Busan, Rabu (27/8/2025).

Indonesia, kata Haruni, memiliki kekayaan ekosistem hutan tropis seluas 95,5 juta hektare, termasuk 13,4 juta hektare gambut yang merupakan 36 persen dari total gambut tropis dunia, dan 3,3 juta hektare hutan mangrove atau 23 persen dari total global.

Kedua ekosistem ini menyimpan cadangan karbon sangat besar, 30–40 persen dari stok karbon global dalam tanah, serta menyimpan karbon 3–4 kali lebih banyak dibandingkan hutan terestrial. Namun jika terganggu, gambut dan mangrove justru menjadi sumber emisi besar.

Read also:  Kemenhut Siapkan SRUK, Kredit Karbon Kehutanan RI Siap Terkoneksi Pasar Global

“Kebakaran hutan adalah ancaman serius, bukan hanya bagi ekosistem, tetapi juga bagi kredibilitas pasar karbon. Pencegahan kebakaran adalah menjaga kredibilitas karbon,” tegas Haruni.

Pengalaman pahit 2015, ketika kebakaran melepaskan 1,75 miliar ton CO₂ ekuivalen dan menimbulkan kerugian ekonomi 16 miliar dolar AS atau setara 1,9 persen PDB Indonesia kala itu, menjadi pelajaran penting.

Read also:  Amazon dan Microsoft Lirik Kredit Karbon Hutan Indonesia, Pemerintah Kebut Revisi Regulasi

Menurut Haruni, kebakaran hutan tidak hanya menimbulkan bencana ekologis, tetapi juga bisa mengikis kepercayaan pasar terhadap kredit karbon dan menghambat pencapaian target penurunan emisi (NDC).

Indonesia telah menetapkan strategi FOLU Net Sink 2030, yang menargetkan sektor kehutanan sebagai penyerap karbon bersih pada 2030. Strategi ini mencakup pencegahan deforestasi, restorasi gambut, rehabilitasi mangrove, pengelolaan hutan lestari, serta perhutanan sosial.

Selain itu, Peraturan Presiden No. 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK) menjadi dasar hukum perdagangan karbon, pembayaran berbasis hasil, pajak karbon, dan instrumen lain yang mendukung pembiayaan iklim.

Read also:  Perdagangan Karbon Menguat di Juli 2025, Nilai Transaksi Naik Enam Kali Lipat

“Pencegahan kebakaran adalah prasyarat utama dalam setiap standar proyek karbon, baik di pasar sukarela maupun skema internasional. Ini bagian dari mitigasi risiko untuk menjaga integritas karbon,” ujar Haruni.

Kehadiran delegasi Indonesia di Busan, lanjut Haruni, menjadi momentum untuk memperkenalkan kebijakan NEK dan menjaring kolaborasi internasional. Dengan tata kelola karbon yang menekankan pencegahan kebakaran, Indonesia ingin menunjukkan diri sebagai contoh negara tropis yang mampu mengintegrasikan perlindungan ekosistem dengan kredibilitas pasar karbon.

“Ini bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga kepercayaan pasar, keberlanjutan ekonomi, dan keadilan bagi masyarakat,” tutup Haruni. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Indonesia Pushes Stronger Fire Prevention to Secure Carbon Finance

Ecobiz.asia – Indonesia’s Forestry Ministry said on Wednesday that preventing forest fires is essential to safeguarding the credibility of global carbon markets, as the...

Negosiasi MRA Karbon dengan Verra Alot, Wamen LH Beberkan Penyebabnya

Ecobiz.asia – Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono mengungkap proses negosiasi Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan lembaga pengembangan standar karbon internasional Verra berlangsung alot. Meski...

RI Pasarkan Kredit Karbon di Konferensi Iklim COP30, Manfaatkan Paviliun Indonesia

Ecobiz.asia – Indonesia akan memanfaatkan momentum konferensi perubahan iklim COP30 UNFCCC di Belém, Brasil, untuk memasarkan kredit karbon kepada pembeli internasional. Pemasaran itu akan dilakukan...

Indonesia–Norwegia Kembangkan PLTS Terapung Lewat Skema Karbon Paris Agreement

Ecobiz.asia – Indonesia menjalin kerja sama dengan Norwegia dalam kerangka Pasal 6.2 Perjanjian Paris untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung. Skema serupa juga...

KLH Luncurkan Versi Terbaru SRN PPI, Perkuat Transparansi Iklim dan Pasar Karbon

Ecobiz.asia — Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) meluncurkan versi terbaru Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) untuk memperkuat transparansi aksi iklim dan mendukung...

TOP STORIES

Indonesia Pushes Stronger Fire Prevention to Secure Carbon Finance

Ecobiz.asia – Indonesia’s Forestry Ministry said on Wednesday that preventing forest fires is essential to safeguarding the credibility of global carbon markets, as the...

Pertamina Hulu Energi (PHE) Tekankan Manajemen Risiko sebagai Kunci Investasi CCS/CCUS

Ecobiz.asia — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menegaskan bahwa keberhasilan pengembangan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) sangat ditentukan oleh pengelolaan risiko dan...

Susunan Komisaris dan Direksi PGN Terbaru, Ada Nama Wamen Hukum

Ecobiz.asia - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari Rabu (27/08/25) di Kantor PGN, Jakarta...

Implementasi Asta Cita Prabowo Butuh Dukungan Hulu dan Hilir Gas

Ecobiz.asia – Industri gas bumi dipandang memegang peran strategis dalam mendukung implementasi program Asta Cita pemerintahan Prabowo Subianto, khususnya dalam mendorong transisi energi, mengurangi...

Indonesia to pitch carbon credits at COP30 climate talks

Ecobiz.asia - Indonesia will use its national pavilion at the COP30 UN climate conference in Belém, Brazil, this November to market carbon credits to...