MORE ARTICLES

Cegah Kebakaran Lahan, Menteri LH Dorong Pemanfaatan FDRS BMKG

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia — Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (MenLH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pentingnya pemanfaatan Fire Danger Rating System (FDRS) milik BMKG sebagai basis proyeksi risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) secara real-time.

Dalam Apel Kesiapsiagaan dan Rapat Koordinasi Penanggulangan Karhutla 2025 di Palembang, Selasa (29/7/2025), Hanif menekankan bahwa penggunaan teknologi seperti FDRS, satelit pemantau, dan drone suhu tinggi harus menjadi standar di lapangan.

“Harapan kami, FDRS dapat memperkuat kesiapsiagaan karhutla di Sumatera Selatan agar kita lebih cepat mengantisipasi ancaman kebakaran yang makin dinamis,” ujarnya.

Hanif mengungkapkan, hingga 23 Juli 2025 tercatat 1.104 titik panas dan 64 kejadian karhutla di Sumsel dengan lahan terdampak seluas 43 hektare.

Secara nasional, dari Januari–Mei 2025 terdapat 983 kejadian karhutla yang membakar 5.485 hektare lahan. Meski demikian, seluruh titik api di Sumsel berhasil dipadamkan berkat kolaborasi Satgas Karhutla, TNI, Polri, BPBD, dan masyarakat.

Ia juga menekankan pentingnya pencegahan aktif, deteksi dini berbasis teknologi, dan penegakan hukum tegas. Menurutnya, mayoritas kebakaran tahun ini terjadi di lahan mineral, bukan gambut.

“Jika kebakaran tetap terjadi di gambut dengan muka air stabil, hampir pasti penyebabnya adalah aktivitas manusia,” tegasnya, sembari mengingatkan instruksi penegakan hukum melalui Inpres Nomor 3/2019.

Selain itu, Hanif menyoroti efektivitas Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang tujuh kali dilakukan di Sumsel untuk memperpanjang curah hujan dan menekan hotspot. Namun ia menegaskan OMC bukan solusi tunggal dan perlu perencanaan cermat mengingat biaya tinggi.

Hanif menutup dengan mengajak semua pihak memperkuat patroli terpadu, menjaga kelembapan gambut lewat kanal blocking, meningkatkan kapasitas SDM lokal, dan mendorong program pencegahan berbasis desa.

“Dengan teknologi, sinergi lintas sektor, dan komitmen hukum yang kuat, kita mampu menjaga langit Sumsel tetap biru,” ujarnya. ***

Read also:  Dampak Pengembangan Bahan Bakar Nabati pada Swasembada Energi, Wamen ESDM Yuliot Buka Suara

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Hindari Intervensi Politik, Wamen LH Diaz Hendropriyono Tekankan Kebijakan Lingkungan Harus Berbasis Sains

Ecobiz.asia – Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menegaskan pentingnya kebijakan lingkungan berbasis ilmu pengetahuan (scientific based) untuk menghindari intervensi politik dan memastikan keputusan...

Kilang Pertamina Internasional Mulai Uji Produksi Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Jelantah

Ecobiz.asia – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memulai uji coba produksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak...

SIL UI Beri Penghargaan untuk Emil Salim, Teladan Lingkungan yang Melampaui Zaman

Ecobiz.asia – Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) memberikan penghargaan kepada Profesor Emil Salim atas dedikasinya dalam membangun fondasi kebijakan dan pendidikan lingkungan...

Kumpul di Kantor SKK Migas, Para CEO Migas Tegaskan Komitmen Capai Lifting 605 Ribu BOPD

Ecobiz.asia — Para pimpinan tertinggi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) hulu minyak dan gas (migas) menegaskan komitmen untuk mencapai target lifting minyak 605 ribu...

SKK Migas–PEP Papua Serahkan Mesin Parut Sagu untuk Dukung Ketahanan Pangan di Sorong

Ecobiz.asia - SKK Migas bersama PT Pertamina EP (PEP) Papua Field menyerahkan dua unit mesin parut sagu kepada masyarakat Kampung Kasimle, Distrik Seget, Kabupaten...