Ecobiz.asia — Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menargetkan Indonesia memiliki lebih dari 5 juta tenaga kerja hijau (green jobs) pada tahun 2029 sebagai bagian dari transformasi menuju ekonomi hijau berkelanjutan.
Perencana Ahli Madya Direktorat Ketenagakerjaan Bappenas, Mariska Yasrie, menjelaskan bahwa pengembangan green jobs merupakan salah satu prioritas nasional yang tercantum dalam RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029. Langkah ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle-income trap).
“Indonesia menargetkan proporsi tenaga kerja hijau sebesar 2,96% hingga 3,14% dari total pekerja nasional, atau setara dengan 5,01 juta hingga 5,32 juta pekerja hijau pada 2029,” kata Mariska dalam webinar FOLU Talks bertajuk “Mencipta Karir, Menjaga Bumi: Kolaborasi Lintas Sektor dalam Penyiapan SDM Green Jobs Kehutanan”, Rabu (5/11/2025).
Mariska menjelaskan, Bappenas telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia, yang memuat arah kebijakan, strategi, dan rencana aksi pengembangan ekosistem pekerjaan hijau. Fokus utamanya mencakup dua hal: pengembangan ekosistem green jobs melalui kebijakan, regulasi, dan kerja sama dunia usaha serta peningkatan kompetensi tenaga kerja hijau melalui pendidikan, pelatihan, upskilling, dan reskilling.
“Green jobs adalah pekerjaan yang tidak hanya berkontribusi dalam melestarikan atau memulihkan lingkungan, tetapi juga memastikan pekerjaan tersebut layak bagi pekerja. Jadi ada dua sisi: ramah lingkungan dan manusiawi,” ujarnya.
Saat ini, proporsi tenaga kerja hijau di Indonesia baru mencapai sekitar 3,45 juta orang atau 2,6% dari total tenaga kerja nasional, dengan potensi mencapai lebih dari 49 juta tenaga kerja di sektor-sektor yang dapat diarahkan menjadi hijau.
Bappenas juga menetapkan delapan sektor prioritas green jobs, yakni kehutanan dan lahan, pesisir dan kelautan, ekonomi sirkular, energi, transportasi, industri manufaktur dan konstruksi, pariwisata, serta pertanian. Dari sektor-sektor tersebut, lima di antaranya merupakan komitmen Indonesia dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Dalam mendukung implementasinya, Bappenas bekerja sama dengan pemerintah Jerman melalui proyek Green Jobs for Social Inclusion and Sustainable Transformation (GESID) yang berjalan hingga 2028. Proyek ini fokus pada pengembangan kebijakan, upskilling, dan reskilling di sektor energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan kehutanan.
“Di sektor kehutanan, kami sudah mengidentifikasi lima okupasi prioritas yang akan dikembangkan, antara lain integrated agroforestry cropping planner dan community empowerment program officer. Tahun ini kami fokus menyusun modul pelatihan untuk penyuluh kehutanan,” kata Mariska. *** (Putra Rama Febrian)




