Ecobiz.asia – Nickel Industries Limited memperkuat kinerja keberlanjutan perusahaan melalui digitalisasi menyeluruh, dari pemantauan limbah air hingga efisiensi administrasi internal.
Inisiatif ini berhasil menekan limbah kertas hingga 9 ton dalam tiga tahun terakhir dan menjadi bagian dari strategi utama perusahaan dalam mendorong kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
“Digitalisasi adalah tulang punggung strategi kami untuk efisiensi dan peningkatan performa ESG,” ujar Chrisma Virgina, Industrial Process Sustainability Lead Nickel Industries, dalam webinar From Cost Pressure to Smart Operation, Rabu (6/8).
Salah satu inisiatif andalan perusahaan adalah penerapan Internet of Things (IoT) untuk pemantauan kualitas air limbah secara real-time di area tambang.
Data yang terekam melalui data logger dan tersimpan di cloud memungkinkan analisis instan terhadap potensi pencemaran dan meningkatkan respons manajemen terhadap isu lingkungan.
“Kami bisa langsung tahu apakah kualitas air memenuhi baku mutu atau tidak. Ini bukan hanya memenuhi regulasi, tapi juga meningkatkan akuntabilitas,” jelas Chrisma.
Langkah efisiensi juga dilakukan pada sisi administrasi. Sejak 2020 hingga 2023, Nickel Industries berhasil mengurangi sekitar 9 ton sampah kertas melalui digitalisasi berbagai proses internal, seperti formulir cuti, pemesanan katering, hingga pelaporan statistik keselamatan kerja.
“Kami juga migrasikan pelaporan statistik keselamatan kerja secara online, yang bisa diakses langsung oleh pekerja untuk pelaporan bahaya di lapangan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Chrisma mengutip studi World Economic Forum dan EY yang menunjukkan bahwa teknologi digital seperti otomasi, remote sensing, dan AI terbukti mampu meningkatkan keamanan kerja, mengurangi emisi karbon, dan meminimalkan dampak lingkungan di sektor pertambangan.
Namun, Chrisma juga menggarisbawahi sejumlah tantangan dalam proses transformasi digital, mulai dari kualitas data, keterbatasan sumber daya, hingga kesiapan organisasi.
“Kalau data tidak akurat atau tidak bisa diakses, proses analisis jadi terhambat. Padahal, dari data itu kita bisa tahu seberapa besar dampak operasi terhadap lingkungan,” ujarnya. ***