Ecobiz.asia – Indonesia akan memanfaatkan momentum konferensi perubahan iklim COP30 UNFCCC di Belém, Brasil, untuk memasarkan kredit karbon kepada pembeli internasional.
Pemasaran itu akan dilakukan dengan memanfaatkan penyelenggaraan Paviliun Indonesia yang digelar pada 10–21 November 2025.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menyebut jika selama ii Paviliun Indonesia banyak menggelar diskusi, maka pada COP30, salah satu agenda utama yang akan dilaksanakan adalah Sellers Meet Buyers, yang mempertemukan pemilik proyek karbon Indonesia dengan calon pembeli dari berbagai negara.
“Norwegia sudah menyatakan minat membeli karbon hingga 12 juta ton CO2,” kata kata Diaz usai Kick-off Meeting persiapan delegasi Indonesia, di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Lebih lanjut Diaz menjelaskan, kerja sama karbon dengan Norwegia dilakukan untuk mendukung proyek energi bersih seperti floating solar panel (PLTS terapung). Nantinya dana karbon dari Norwegia akan mengisi gap pembiayaan untuk proyek-proyek energi bersih yang belum ekonomis.
Menurut Diaz, mekanisme ini memungkinkan proyek energi terbarukan yang sebelumnya tidak layak secara finansial menjadi berjalan, berkat subsidi dari pembeli karbon.
Selain Norwegia, Korea Selatan juga sudah menyampaikan minat terhadap kredit karbon dari sektor kelapa sawit (POME), sementara Jepang tertarik pada skema Renewable Energy Certificate (REC) bersama PLN.
Indonesia juga terus mengupayakan pengakuan standar internasional dengan menargetkan penandatanganan Mutual Recognition Agreement (MRA) bersama Verra.
Selain kredit baru, pemerintah juga berencana memasarkan stok lama karbon dari periode 2016–2020 yang mencapai 533 juta ton CO₂. “Kita akan lihat apakah ada pasar untuk vintage carbon tersebut dengan harga yang kompetitif,” tambahnya.
Penanggung Jawab Paviliun Indonesia Laksmi Widyajayanti menjelaskan Paviliun Indonesia di COP30 mengusung tema “Accelerating Substantial Actions of Net Zero Achievement through Indonesia High Integrity Carbon”.
Sejumlah rangkaian kegiatan telah disiapkan, meliputi sesi dialog, pameran digital, pertemuan bilateral, penandatanganan MoU, hingga pertunjukan seni budaya. ***