Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut)menegaskan bahwa keberhasilan rehabilitasi mangrove hanya dapat dicapai melalui keterlibatan aktif publik.
Direktur Rehabilitasi Mangrove Kemenhut, Ristianto Pribadi, menyampaikan hal tersebut dalam ajang Pemilihan Duta Mangrove Indonesia 2026 di Jakarta, Minggu (7/9/2025).
Ristianto menekankan ekosistem mangrove Indonesia yang mencapai 3,4 juta hektare memiliki peran strategis melindungi garis pantai dari abrasi, menjadi habitat biota laut, hingga menyerap karbon dalam jumlah besar.
“Mangrove adalah ekosistem pesisir yang paling produktif, sekaligus benteng alami kita dari krisis iklim,” ujarnya.
Namun, sekitar 600 ribu hektare di antaranya dalam kondisi kritis akibat alih fungsi lahan dan minimnya kesadaran masyarakat.
Ristianto menegaskan bahwa upaya pemulihan tidak cukup hanya dengan penanaman, tetapi harus diikuti pengelolaan berkelanjutan, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, serta penguatan tata kelola berbasis data.
Ia menambahkan, program rehabilitasi mangrove 2025–2029 menargetkan pemulihan dengan pendekatan padat karya, restorasi berbasis ekosistem, dan integrasi dengan program ekonomi biru.
Menurutnya, strategi ini tidak hanya untuk memperbaiki lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha seperti ekowisata, perikanan budidaya, dan produk olahan mangrove.
Dalam konteks tersebut, Duta Mangrove Indonesia yang pemilihannya diselenggarakan Yayasan Mangrove Indonesia Lestari dinilai memiliki peran penting sebagai agen perubahan sosial.
“Duta Mangrove adalah wajah generasi muda yang membawa pesan konservasi ke ruang-ruang publik, media sosial, sekolah, hingga komunitas lokal. Mereka menjadi role model bagaimana anak muda bisa terlibat langsung menjaga ekosistem pesisir,” kata Ristianto.
Ia berharap Duta Mangrove dapat menggaungkan narasi positif, mengedukasi masyarakat, serta memperkuat aksi nyata di lapangan. “Melalui Duta Mangrove, kita menanam benih harapan yang kelak tumbuh menjadi gerakan besar menjaga mangrove untuk Indonesia dan dunia,” katanya. ****