Ecobiz.asia — Pemerintah pusat bergerak cepat merespons peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Wakil Menteri Kehutanan, Sulaiman Umar, bersama Kepala BNPB dan perwakilan kementerian/lembaga lainnya turun langsung ke lapangan untuk mempercepat penanganan karhutla secara terpadu.
Kondisi sebaran asap terpantau memburuk pada 19 Juli 2025 di Kabupaten Rokan Hilir, meskipun pada keesokan harinya terdeteksi membaik. Namun, potensi asap lintas batas tetap menjadi perhatian, mengingat arah angin musim kemarau yang mengarah ke kawasan negara tetangga.
“Situasi iklim dan cuaca di Riau saat ini harus menjadi perhatian bersama. Seluruh pihak perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan pencegahan,” kata Wamenhut Sulaiman Umar saat meninjau lokasi, Senin (21/7/2025).
Untuk memperkuat pengendalian, patroli terpadu melibatkan Manggala Agni, TNI, Polri, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) diaktifkan di 9 posko desa, termasuk di Bengkalis, Dumai, Indragiri Hilir, Kampar, Kepulauan Meranti, Pelalawan, dan Siak. Sementara patroli mandiri Manggala Agni berlangsung di 19 posko desa.
Langkah pengendalian juga diperkuat dengan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) oleh BNPB, BMKG, dan mitra swasta. Hingga saat ini, dua tahap OMC telah dilakukan di Riau dengan 14 sortie dan total penyemaian 12.600 kg garam (NaCl).
Operasi serupa juga dijadwalkan di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Data Satelit Terra-Aqua NASA yang dipantau melalui sistem SiPongi Kementerian Kehutanan mencatat 4.449 titik panas (hotspot) di Riau sepanjang 1 Januari–20 Juli 2025. Kabupaten Rokan Hilir mencatat angka tertinggi dengan 1.767 titik, disusul Rokan Hulu (1.114) dan Dumai (333). Sebanyak 3.031 titik tercatat hanya dalam bulan Juli.
Luas karhutla di Riau pada periode Januari–Mei 2025 tercatat mencapai 751,08 hektare. Sebagian besar kebakaran terjadi di lahan gambut, mencakup 695,72 hektare atau 96,23 persen dari total luasan. Sisanya terjadi di lahan mineral.
Adapun berdasarkan fungsi kawasan, 85,78 persen kebakaran terjadi di area penggunaan lain (APL), dan 14,22 persen di kawasan hutan.
Upaya pemadaman masih berlangsung intensif, melibatkan pasukan Manggala Agni Kementerian Kehutanan bersama tim dari Dinas Kehutanan, BPBD Riau dan Rokan Hilir, TNI, Polri, Pertamina Hulu Rokan, dan MPA.
Dirjen Penegakan Hukum Kehutanan, Januanto, menyebut pihaknya telah mengerahkan 120 personel Manggala Agni dari berbagai Daops, termasuk dari luar Riau seperti Jambi dan Sumatera Selatan.
Pemerintah menegaskan bahwa sinergi lintas sektor antara pemerintah pusat dan daerah, aparat keamanan, swasta, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam pengendalian karhutla di Riau dan wilayah rawan lainnya. ***