Ecobiz.asia – Lapangan minyak Rokan di Provinsi Riau sejak lama dikenal sebagai salah satu tulang punggung produksi minyak nasional. Namun seiring berjalannya waktu, lapangan yang mulai berproduksi sejak 1950an itu menghadapi tantangan besar: menurunnya tekanan reservoir dan tingkat produksi akibat usia yang sudah sangat tua. Dalam kondisi seperti ini, mempertahankan bahkan meningkatkan produksi bukanlah perkara mudah.
Bagi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), anak usaha Pertamina yang kini mengelola Blok Rokan, menjaga denyut produksi di lapangan tua ini merupakan komitmen strategis. Melalui pendekatan teknologi canggih, inovasi, dan riset berkelanjutan, PHR berusaha membuktikan bahwa lapangan tua bukan berarti habis harapan.
Salah satu langkah penting yang kini dijalankan adalah penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) berbasis Alkali Surfactant Polymer (ASP), metode kimia canggih yang mampu meningkatkan perolehan minyak dari lapangan-lapangan tua seperti Rokan.
Menurut Syaiful Ma’arif, VP SEOR PHR Regional 1 Sumatera, proses penelitian dan uji coba dilakukan secara bertahap untuk memastikan efektivitas dan keekonomian teknologi sebelum diterapkan secara penuh.
Uji coba ASP-EOR di Rokan, terutama di Lapangan Balam South, menunjukkan hasil yang menjanjikan baik dari sisi peningkatan produksi maupun kestabilan operasi.
Keberhasilan tersebut membuka peluang penerapan ASP-EOR dalam skala yang lebih luas. Ke depan, PHR berencana menerapkan metode yang sama di lapangan lain seperti Sago dan Limau.
Bagi PHR, inovasi ini menjadi tonggak penting dalam memperpanjang umur lapangan sekaligus meningkatkan efisiensi produksi, bukti nyata komitmen Pertamina dalam mendorong efisiensi energi dan mengoptimalkan sumber daya domestik tanpa harus membuka wilayah baru.
Intervensi Teknologi
Upaya PHR dalam menghidupkan kembali potensi lapangan tua melalui ASP-EOR merupakan bagian dari strategi besar Pertamina untuk mendukung rencana pemerintah mencapai swasembada energi dan target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) pada tahun 2030.
Selain ASP-EOR, PHR juga menjalankan berbagai terobosan lain untuk mendorong peningkatan produksi. Salah satunya adalah proyek pengembangan minyak nonkonvensional (MNK) di Lapangan North Aman, yang tengah disiapkan untuk menjadi salah satu sumber produksi baru di Blok Rokan.
PHR berencana mengebor hingga 600 sumur MNK di lapangan tersebut, dengan potensi produksi mencapai 45.000 barel per hari. Andre Wijanarko, General Manager Rokan Zone PHR, menjelaskan bahwa pengembangan MNK dilakukan secara bertahap, dimulai dengan pemboran tiga sumur appraisal pada 2026–2027, disusul sepuluh sumur demonstration pada 2028–2029.
“Fokus kami saat ini adalah memperdalam pemahaman terhadap reservoir MNK agar kami bisa masuk ke tahap produksi dengan keyakinan dan efisiensi tinggi,” ujar Andre saat kunjungan media pada Juni lalu. “Hal ini juga mencakup memastikan reservoir tersebut memenuhi standar teknis dan keekonomian.”
PHR memperkirakan terdapat hingga 2 miliar barel cadangan minyak yang dapat diproduksikan di area MNK North Aman. Proyek ini akan menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya jangka panjang meningkatkan produksi nasional, memanfaatkan teknologi seperti horizontal drilling dan multistage hydraulic fracturing, yang lazim digunakan di industri shale oil Amerika Serikat.
Selain MNK, PHR juga menjalankan proyek steamflood di North Duri Development (NDD) Area 14, yaitu teknologi EOR termal yang efektif untuk lapangan minyak berat. Proyek ini ditargetkan dapat menambah produksi sekitar 6.500 barel per hari.
Ahmad Riyanto, Superintendent of Field Operations PHR Duri, mengatakan bahwa pada puncak produksinya, Stage 1 proyek NDD Area 14 dapat menghasilkan 3.900 BOPD, sementara Stage 2 sekitar 2.600 BOPD.
“Kami memperkirakan puncak produksi untuk NDD Area 14 Stage 1 akan tercapai pada kuartal III tahun 2027, dan untuk Stage 2 pada kuartal IV tahun 2027,” ujarnya.
PHR telah menyelesaikan seluruh proses produksi untuk sumursumur utama di Stage 1, sementara untuk Stage 2, sebagian besar sumur telah mulai berproduksi dan ditargetkan rampung pada Oktober 2025.
Eko Budiyono, Project Manager Heavy Oil Sumatera Light South PHR, menambahkan bahwa saat ini produksi dari NDD Area 14 masih sekitar 550 BOPD, karena proses injeksi uap belum mencapai kondisi optimal.
“Dari 47–48 sumur yang ada, produksi saat ini sekitar 550 BOPD. Artinya, setiap sumur baru menghasilkan sekitar 10 BOPD. Harapannya, dengan injeksi uap yang optimal, produksi bisa meningkat tiga kali lipat — mencapai sekitar 30 BOPD per sumur,” jelasnya.
Total investasi proyek ini mencapai sekitar 144 juta dolar AS, terdiri dari 86 juta dolar AS untuk Stage 1 dan 58 juta dolar AS untuk Stage 2.
Kedaulatan Energi
Kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia ke Lapangan Duri pada pertengahan tahun ini mempertegas pentingnya inovasi seperti yang dilakukan PHR. Ia mengapresiasi penerapan teknologi EOR melalui steamflood serta berbagai terobosan lain dalam pengembangan lapangan migas nasional.
“Ini salah satu pusat produksi minyak utama PHR. Kita harus meningkatkan target lifting untuk menjaga martabat dan kedaulatan bangsa di sektor energi. Ini tanggung jawab kita bersama sebagai putra-putri Indonesia,” ujarnya.
Melalui strategi pengembangan EOR, inovasi MNK, dan proyek-proyek peningkatan produksi lainnya, PHR menunjukkan tekad kuat untuk memperpanjang masa produktif lapangan tua sekaligus mengamankan pasokan energi nasional.
Bagi Pertamina, inovasi ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kemandirian energi dan kedaulatan bangsa. Dengan kombinasi riset, teknologi, dan kerja keras di lapangan, Rokan kini kembali menjadi simbol harapan baru bahwa bahkan dari sumur tua, semangat energi Indonesia masih terus menyala. ***


