Empat Faktor Non Teknis Jadi Pertimbangan PLN Terapkan Teknologi CCS di PLTU

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia — PT PLN (Persero) menargetkan penerapan proyek percontohan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 1 gigawatt (GW) pada tahun 2030 sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi menuju target Net Zero Emission 2060.

Executive Vice President Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani mengatakan, saat ini perusahaan tengah mengkaji lokasi penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon tersebut.

“Targetnya kami akan membangun pilot project CCS pada PLTU di tahun 2030,” kata Kamia dalam International & Indonesia CCS Forum 2025 di Jakarta, Rabu (8/10).

Menurut Kamia, pemilihan lokasi tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga faktor regulasi, transportasi, biaya, dan ketersediaan lokasi penyimpanan (storage) yang memadai.

Read also:  Perluas Akses Energi Bersih, PGN Bangun Mother Station CNG Pertama di Medan

“Kita harus lihat CCS readiness-nya dari PLTU itu,” ujarnya.

PLN saat ini berkolaborasi dengan mitra nasional dan internasional yang melakukan studi pengembangan teknologi CCS/CCUS pada beberapa pembangkit, yaitu PLTU Suralaya Unit 1-4 berkolaborasi dengan Karbon Korea Co., Ltd, PLTU Suralaya Unit 5-7 (PT PLN Enjiniring dan LAPI ITB), PLTU Indramayu (JERA Co., Inc. Japan dan JGC Corporation Japan), PLTGU Tambak Lorok (JERA Co., Inc. Japan dan JGC Corporation Japan), dan PLTU Tanjung Jati B (INPEX Corporation Japan).

Dari studi tersebut, PLN telah memperoleh data awal terkait aspek teknis dan struktur biaya proses carbon capture, meskipun analisis penyimpanan karbon belum diselesaikan.

Read also:  Xurya Ekspansi Bisnis, Sasar Peluang Pasar PLTS Off-Grid dan Independent Power Producer

“Dari studi itu kita baru mendapat hasil dari aspek teknis dan struktur biaya untuk capturenya saja, belum masuk ke storage,” kata Kamia.

Ia menambahkan, kriteria PLTU yang akan menjadi lokasi proyek percontohan tidak terbatas pada pembangkit lama, melainkan juga terbuka untuk PLTU baru yang dinilai layak secara teknis dan finansial.

“Kita harus lihat nanti apakah jika PLTU lama di-refurbish dengan CCS, umur pembangkit bisa lebih panjang atau tidak. Tapi tidak harus PLTU lama, yang penting secara finansial masih bisa dilakukan,” ujarnya.

Read also:  Bakal Jadi Hub Energi Bersih Regional, Revitalisasi Tangki LNG Arun Capai 81 Persen

Meski potensial, Kamia mengakui bahwa biaya penerapan CCS masih sangat tinggi. Teknologi ini dapat meningkatkan biaya pembangkitan listrik hingga 10 sen dolar AS per kWh, jauh di atas harga jual listrik di Indonesia yang hanya sekitar 7 sen dolar AS per kWh.

Untuk itu, PLN berharap adanya dukungan regulasi, insentif, serta mekanisme pembiayaan yang terjangkau agar CCS dapat diimplementasikan secara berkelanjutan. Dukungan tersebut mencakup penyusunan metodologi standar, penyederhanaan perizinan, kriteria mitigasi risiko, serta pengembangan kemitraan berbasis klaster guna menekan biaya dan meminimalkan peningkatan biaya pokok produksi listrik (LCOE). ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

HDF Energy, GIZ, NEA SEA Team Up to Develop Green Hydrogen Ferry Infrastructure in Indonesia

Ecobiz.asia — French renewable energy developer HDF Energy, Germany’s GIZ, and Neuman & Esser South East Asia (NEA SEA) have signed an agreement to...

MedcoEnergi Kurangi Konsumsi Gas, Tingkatkan Efisiensi Operasi dan Transisi Energi

Ecobiz.asia — PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) mencatat kemajuan signifikan dalam program optimasi bahan bakar gas di seluruh aset minyak dan gasnya. Langkah...

Perkuat Ekosistem Industri Baterai EV, Petrindo Bangun Pembangkit 680 MW Senilai Rp10 Triliun

Ecobiz.asia — PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (IDX: CUAN) melalui anak usahanya, PT Volta Daya Energi Indonesia (VDEI) akan membangun proyek pembangkit listrik berkapasitas...

Indonesia’s DANA, Ant International Launch Digital Initiative to Boost Marine Conservation

Ecobiz.asia — Indonesia’s digital wallet operator DANA and China’s Ant International on Thursday launched a new digital initiative to promote marine conservation, partnering with...

DANA dan Ant International Luncurkan Inisiatif Digital untuk Konservasi Laut Indonesia

Ecobiz.asia — Penyedia dompet digital terbesar di Indonesia, DANA, bersama Ant International dan Konservasi Indonesia, meluncurkan Ocean Buddy, sebuah inisiatif keberlanjutan digital yang bertujuan...

TOP STORIES

Indonesia Opens Carbon Market Access with New Presidential Regulation

Ecobiz.asia — Indonesia has opened broader access to its carbon market following the issuance of Presidential Regulation (Perpres) No. 110 of 2025 on the...

Prabowo Terbitkan Peraturan Presiden No. 110 Tahun 2025, Perdagangan Karbon Terbuka Lebar

Ecobiz.asia – Presiden Prabowo Subianto secara resmi telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dan Pengendalian...

HDF Energy, GIZ, NEA SEA Team Up to Develop Green Hydrogen Ferry Infrastructure in Indonesia

Ecobiz.asia — French renewable energy developer HDF Energy, Germany’s GIZ, and Neuman & Esser South East Asia (NEA SEA) have signed an agreement to...

Dekontaminasi Selesai Desember, Kasus Radioaktif Cs-137 di Cikande Dipastikan Tak Terulang

Ecobiz.asia — Pemerintah menargetkan proses dekontaminasi radioaktif Cs-137 di Cikande, Kabupaten Serang, rampung pada Desember 2025, setelah ditemukan sejumlah titik paparan di kawasan industri...

ESDM Siap Gelar Minerba Convex 2025, Dorong Pertambangan Berkelanjutan Lewat Inovasi dan Kolaborasi

Ecobiz.asia — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) akan menggelar Minerba Convention and Exhibition (Minerba...