Ecobiz.asia — Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyatakan dukungan penuh terhadap peluncuran Gerakan Eco-Dhamma, sebuah inisiatif berbasis spiritualitas yang digagas oleh Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) untuk mendorong partisipasi aktif umat Buddha dalam pelestarian lingkungan hidup.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup/Wakil Kepala BPLH, Diaz Hendropriyono, hadir langsung dalam peluncuran gerakan tersebut yang menjadi penutup Musyawarah Kerja Nasional Permabudhi 2025 di Makassar.
Kegiatan ini dihadiri perwakilan dari 37 provinsi dan turut dihadiri Sekjen Permabudhi sekaligus Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya.
Baca juga: Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp271 Triliun dan Serap Jutaan Tenaga Kerja
“Jakarta, Semarang, dan Makassar kini panas bukan karena musim, tetapi karena krisis iklim akibat aktivitas manusia. Kita semua punya andil,” kata Diaz, Minggu (29/6/2025).
Diaz menegaskan bahwa aktivitas harian seperti konsumsi listrik, transportasi, konstruksi, hingga pengelolaan sampah menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
Ia mencontohkan, satu ton sampah dapat menghasilkan 1.700 kilogram karbon dioksida ekuivalen. Jakarta menghasilkan sekitar 7.500 ton sampah per hari, Bandung 2.500 ton, dan Makassar 1.000 ton.
Sebagai bentuk dukungan konkret, KLH/BPLH akan memberikan asistensi teknis bagi pengembangan pengelolaan sampah berbasis komunitas melalui Kapusdal Sulawesi dan Maluku, termasuk dukungan pembentukan bank sampah dan kerja sama dengan dinas lingkungan hidup setempat.
Ketua Umum Permabudhi, Philip K. Widjaja, menyebut Eco-Dhamma sebagai bentuk harmonisasi ajaran Buddha dengan semangat menjaga lingkungan. Menurutnya, gerakan ini menjadi sarana perubahan perilaku kolektif berbasis nilai-nilai spiritual.
“Konsep ekologi ini kami angkat sesuai ajaran agama. Kami ingin menyelaraskan arah pembangunan, baik fisik maupun spiritual,” ujarnya.
Sejak berdiri pada 2019, Permabudhi aktif mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui pendirian eco-vihara, kampanye eco-enzyme untuk pengelolaan limbah organik, serta keterlibatan dalam Interfaith Rainforest Initiative yang berfokus pada perlindungan hutan tropis Indonesia.
Philip menambahkan bahwa Permabudhi sepenuhnya mendukung gerakan lintas iman dan pendekatan keagamaan yang mendorong kelestarian lingkungan. “Kami satu suara dengan seruan Menteri Agama Nasarudin Umar tentang pentingnya teologi ramah lingkungan,” tegasnya. ***