Ecobiz.asia — PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus mendorong pemanfaatan energi ramah lingkungan dengan meningkatkan produksi green petroleum coke atau Green Coke, produk sampingan kilang yang kini menjadi bahan baku penting bagi sejumlah industri nasional.
Kilang Dumai menjadi satu-satunya fasilitas KPI yang saat ini memproduksi Green Coke untuk pasar dalam negeri. Sepanjang 2024, produksi Green Coke mencapai sekitar 244.400 ton, sementara hingga triwulan pertama 2025, telah diproduksi sekitar 49.600 ton.
“Kami terus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan industri, sekaligus mendorong perputaran ekonomi agar lebih memberikan manfaat bagi banyak pihak,” kata Pejabat Sementara Corporate Secretary KPI, Muttaqin Showwabi, Jumat (4/7/2025).
Baca juga: Kilang Pertamina Internasional Jalankan Strategi Ganda untuk Dorong Transisi Energi, Seperti Apa?
Green Coke merupakan residu padat karbon berwarna hitam yang dihasilkan dari proses pemanasan lanjut hidrokarbon residu pada temperatur tinggi di unit Delayed Coker kilang minyak. Awalnya dianggap tidak bernilai, residu ini kini menjadi bahan baku penting untuk berbagai sektor industri.
Produk ini digunakan sebagai bahan baku calcined coke, yang berfungsi dalam proses produksi aluminium, sebagai reduktor dalam peleburan timah dan baja, serta bahan bakar untuk industri semen dan pembangkit listrik.
Green Coke juga mulai dimanfaatkan dalam produksi anoda grafit buatan untuk baterai kendaraan listrik.
“Green Coke menjadi bagian penting dalam mendukung agenda hilirisasi nasional, membuka peluang investasi, serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar regional dan global,” ujar Muttaqin.
Baca juga: Implementasi Program Dekarbonisasi, Kilang Pertamina Teken Perjanjian Pasokan Gas
Selain bernilai ekonomis, Green Coke disebut sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Produk dari Kilang Dumai memiliki kadar sulfur rendah, hanya 0,5%, dengan kandungan abu (ash content) sebesar 0,1%. Nilai kalorinya juga tinggi, antara 7.500 hingga 8.500 kalori per kilogram.
“Dengan kandungan sulfur yang lebih rendah, Green Coke berkontribusi pada kualitas udara yang lebih baik dan dampak lingkungan yang lebih rendah,” tambahnya. ***