Kemenhut Pindahkan Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon ke JRSCA

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memindahkan sebagian individu Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ke Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).

Langkah ini menjadi strategi prioritas nasional untuk mengurangi ancaman kepunahan satwa ikonik yang saat ini hanya tersisa di satu habitat.

Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar Siddiq menegaskan, langkah ini merupakan tonggak penting dalam menyelamatkan Badak Jawa.

Read also:  Kemenhut dan Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) Jalin Kerja Sama Kelola Hutan Pendidikan

“Ini bukan sekadar memindahkan badak, tetapi usaha kolektif menyelamatkan masa depan spesies yang sudah di ambang kepunahan. Sinergi pemerintah, akademisi, lembaga konservasi, dan masyarakat menjadi kunci,” ujarnya, Jumat (22/8/2025).

Translokasi dilakukan dari habitat alami Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon menuju JRSCA yang berada pada bagian selatan Gunung Honje. Kedua lokasi yang berjarak 14 kilometer dengan melintasi laut itu merupakan bagian dari TNUK.

Read also:  Topang Hilirisasi Pertambangan, Kemenperin Dorong Industri Refraktori Lokal

JRSCA memiliki luas 5.100 hektare yang dikembangkan sebagai pusat studi dan konservasi Badak Jawa. Area ini dirancang untuk mendukung riset, pembiakan, serta upaya perlindungan spesies, dengan fasilitas pemantauan berbasis teknologi dan sistem pengelolaan yang memungkinkan adaptasi habitat baru bagi satwa tersebut.

Translokasi ke JRSCA diharapkan membentuk populasi kedua yang lebih sehat secara genetik, sekaligus memperkuat keberlanjutan spesies melalui manajemen modern seperti Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobanking. Program ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan lembaga konservasi nasional maupun internasional.

Read also:  KLH Minta Daerah Susun dan Harmonisasikan Rencana Pengelolaan Lingkungan, Harus Selesai Tahun Ini

Kajian ilmiah menunjukkan Badak Jawa menghadapi risiko tinggi akibat keterbatasan daya dukung habitat, rendahnya keragaman genetik, serta tingkat inbreeding yang mencapai 58,5 persen.

Hasil Population Viability Analysis (PVA) bahkan memprediksi spesies ini bisa punah dalam waktu kurang dari 50 tahun tanpa intervensi serius. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Pasok Gas Bumi untuk Kemenhan dan TNI, PGN Dukung Ketahanan Energi

Ecobiz.asia – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mempertegas komitmennya memasok gas bumi bagi Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kerja sama tersebut...

PTBA dan UGM Kembangkan Kalium Humat dari Hilirisasi Batu Bara untuk Swasembada Pangan

Ecobiz.asia – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan proyek percontohan alat produksi kalium humat di Yogyakarta, Kamis (21/8/2025). Produk...

PDC Dorong Masyarakat Olah Jelantah Jadi Produk Bernilai Rupiah

Ecobiz.asia – PT Patra Drilling Contractor (PDC) meluncurkan program Mari Kelola Jelantah Kita (MALIKA) yang mengajak masyarakat mengolah minyak jelantah menjadi produk bernilai jual...

Profil Gigih Udi Atmo, Komisaris Utama PGE yang Baru

Ecobiz.asia – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) resmi menunjuk Gigih Udi Atmo sebagai Komisaris Utama menggantikan Sarman Simanjorang. Penetapan tersebut diputuskan...

TOP STORIES

Indonesia to sign carbon trading MRA with Plan Vivo in September

Ecobiz.asia – Indonesia plans to sign a Mutual Recognition Agreement (MRA) with Plan Vivo in September to strengthen its voluntary carbon trading ecosystem, a...

Indonesia Siap Teken MRA Perdagangan Karbon dengan Plan Vivo pada September

Ecobiz.asia – Indonesia akan menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA dengan Plan Vivo pada September mendatang, sebagai bagian dari strategi memperkuat ekosistem perdagangan karbon sukarela...

Pasok Gas Bumi untuk Kemenhan dan TNI, PGN Dukung Ketahanan Energi

Ecobiz.asia – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mempertegas komitmennya memasok gas bumi bagi Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kerja sama tersebut...

Mempertanyakan Komitmen Perjanjian Paris Kala Emisi Global Terus Meningkat

Oleh:  Pramono Dwi Susetyo (Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Ecobiz.asia - Pada Konferensi Para Pihak (Conference of the Parties/COP) 21 di Paris,...