Ecobis.asia – PT PLN (Persero) berhasil menghadirkan akses listrik bersih 24 jam setiap hari bagi warga Pulau Polewali, Pulau Saugi, dan Pulau Sapuli di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan.
Listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) di wilayah yang termasuk terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) ini hadir setelah PLN berhasil melakukan pemasangan 118 unit mikro pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan energy storage program Sorong Ultimate for Electrifying Surya untuk Negeri (SuperSUN).
SuperSUN adalah pembangkit listrik tenaga surya individual dengan daya 900 Volt Ampere (VA) dilengkapi kWh meter prabayar. Sistem ini terdiri dari PV Panel berkapasitas 440 Wp – 700 Wp dan baterai berkapasitas 2 kWh.
Baca juga: Hitung-hitungan Kementerian ESDM, Konversi Motor Listrik Turunkan Emisi 132,25 Juta Ton Karbon
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, sebagai pemegang mandat ketenagalistrikan di Indonesia, PLN akan terus berupaya mewujudkan keadilan energi di seluruh Indonesia, tak terkecuali di wilayah 3T. PLN, katanya, terus berinovasi dalam menghadirkan listrik bagi masyarakat di pelosok, salah satunya melalui program SuperSUN.
”Listrik merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Untuk itu PLN berkomitmen mendukung Pemerintah dalam mewujudkan pemerataan listrik andal dengan menghadirkan berbagai inovasi. Hal ini sesuai dengan pengejawantahan sila ke-lima Pancasila,” ujar Darmawan dalam pernyataanya yang diterima, Jumat, 23 Agustus 2024.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Budiono, menjelaskan SuperSUN merupakan bukti keseriusan PLN dalam mewujudkan listrik berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Ia berharap kehadiran listrik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Listrik sangat penting dan vital dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang mayoritas adalah nelayan kini bisa menggunakan kulkas sebagai cold storage. Ikan menjadi lebih awet, penjualan meningkat, dan secara otomatis perekonomian juga bisa menjadi lebih baik,” jelas Budiono.
Baca juga: Studi Terbaru Ungkap Temuan Penting, Peluang dan Hambatan Pemanfaatan Panel Surya di Pertambangan
Budiono mencatat hingga Juli 2024, Rasio Elektrifikasi di Sulawesi Selatan telah mencapai 99,99%. Upaya ini juga menjadi bukti komitmen PLN terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Ia juga berpesan kepada masyarakat agar dapat merawat aset PLN yang telah dipasang agar bisa digunakan secara maksimal.
Hadirnya listrik bersih tersebut dirasakan manfaatnya oleh warga. Salah satunya Basir Daeng Liong, warga Pulau Polewali. Basir mengaku, kehadiran listrik PLN membantunya dan masyarakat sekitar lebih produktif.
Sebelumnya, masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan harus menempuh perjalanan ke daratan Pangkep sejauh 12,4 km melalui laut selama satu jam hanya untuk membeli es batu sebelum melaut mencari ikan. Dengan kehadiran listrik, Basir dapat menggunakan freezer untuk menyimpan ikannya.
Baca juga: KKP Dukung Target Nasional Keanekaragaman Hayati Lewat Ekonomi Biru, Ada Lima Program Strategis
“Dulu, untuk mendapatkan listrik, kami harus mengeluarkan biaya Rp210 ribu per bulan untuk menyalakan genset, itu pun hanya dari pukul 18.00-22.00 saja. Saat ini, dengan listrik menyala 24 jam penuh, kami cukup mengeluarkan biaya sekitar Rp50 ribu per bulan,” ujar Basir.
Ia juga menjelaskan bahwa selain untuk freezer, masyarakat juga memanfaatkan listrik untuk berbagai aktivitas rumah tangga seperti menggunakan pompa air, kulkas, dan keperluan belajar anak-anak di malam hari. ***