Ecobiz.asia – Petani binaan PT Hengjaya Mineralindo dalam program Menanam Tanpa Merusak Bumi (Metana Bumi) menjalin kerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) Makarti Jaya, Bahodopi, Morowali per Agustus 2024.
Sinergitas yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pomponangi bersama Bumdesa adalah hasil komitmen bersama Hengjaya Mineralindo untuk mewujudkan peningkatan pendapatan petani lokal dan juga pendapatan desa melalui kerangka budidaya pertanian yang ramah terhadap lingkungan.
Firman Setiawan, Manager CSR Hengjaya Mineralindo mengatakan bahwa kerja sama yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pomponangi dengan bumdesa merupakan salah satu upaya perusahaan untuk membantu jalur pendistribusian hasil pertanian sayur-sayuran petani.
“Pada hakikatnya kami ingin membuka peluang atau kesempatan bagi petani kecil di tingkat desa untuk dapat mendistribusikan hasilnya secara baik melalui skema kerja sama dengan bumdesa. Serta, saya pikir ini juga menjadi peluang baru bagi desa untuk mengembangkan tata kelolanya kaitannya dengan pengelolaan sumber daya berbasis kolektif,” katanya.
Program Metana Bumi telah diinisiasi sejak tahun 2023 oleh Hengjaya Mineralindo bersama masyarakat lokal dan pemerintah desa. Program ini merupakan inisiatif untuk memberikan awareness dan action bagi petani lokal untuk memitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Selama pendampingan program Metana Bumi, perusahaan tidak hanya mengembangkan pengetahuan petani secara teknis dalam melakukan perbaikan terhadap kualitas lingkungan namun juga mendorong kapasitas tata kelola kelembagaan baik dari sisi administrasi maupun kemampuan manajemen organisasi.
Sehingga, hal ini diharapkan mampu memberikan peluang bagi kelompok binaan untuk berani bekerjasama dengan pihak-pihak secara luas, seperti contoh yang telah dimulai bersama bumdesa.
Sustainability Communication PT Hengjaya Mineralindo, Harry Cahyono, mengatakan bahwa environmental sustainable value yang dimiliki oleh perusahaan selalu diterapkan pada aktivitas pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Teknologi Carbon Capture dari Limbah Tongkol Jagung, Seperti Apa?
“Karena kami konsen sekali dengan isu lingkungan, maka kami berupaya memberikan pemahaman kepada petani lokal dan bumdesa untuk memiliki komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan secara baik melalui proses yang ramah terhadap lingkungan itu sendiri, misalnya mengurangi penggunaan pupuk kimia dan melakukan rekayasa teknis sederhana untuk memitigasi krisis iklim,” katanya.
Kesepakatan yang dijalankan oleh bumdesa dan kelompok tani binaan perusahaan salah satunya adalah pendistribusian hasil pertanian sayur-sayuran dan buah yang diproduksi dari praktik pertanian ramah lingkungan minimal 50%.
Harry menambahkan, sinergitas diantara pihak dalam program Metana Bumi telah menjadi syarat keberhasilan bersama untuk tidak hanya mendukung pencapaian kesejahteraan dari sisi sosial-ekonomi melainkan juga ketahanan pangan daerah maupun kemampuan bertahan petani lokal dalam krisis iklim yang tengah terjadi. ***