Menjaga Kedaulatan Data, Mengamankan Ekspor: Pentingnya National Dashboard Komoditas Strategis

MORE ARTICLES

Oleh: Diah Suradiredja (Pemerhati Perdagangan Komoditas Berkelanjutan)

Ecobiz.asia – Indonesia adalah salah satu pemasok utama komoditas strategis dunia seperti sawit, kopi, kakao, karet, kayu, hingga perikanan. Nilai ekspor dari sektor ini mencapai triliunan rupiah dan menopang kehidupan jutaan petani kecil. Namun, dinamika perdagangan global berubah cepat. Uni Eropa, misalnya, memberlakukan European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang mewajibkan produk bebas deforestasi dengan keterlacakan penuh.

Isu terbaru, Komisi Eropa mempertimbangkan penundaan EUDR hingga satu tahun dari jadwal semula Desember 2025. Alasannya, sistem IT EUDR belum siap menampung jutaan transaksi dan dikhawatirkan menimbulkan gangguan serius pada due diligence statements maupun arus perdagangan.

Bagi Indonesia, penundaan ini harus dipandang sebagai peluang strategis: waktu tambahan untuk mempercepat pembangunan National Dashboard Komoditas Strategis (NDKS). Dengan itu, seluruh data rantai pasok dari petani kecil hingga eksportir dapat terintegrasi, sehingga Indonesia siap memenuhi standar global ketika EUDR berlaku.

Mengapa Kita Butuh NDKS

Indonesia menempati posisi penting dalam perdagangan global. Komoditas strategis menyumbang devisa hingga puluhan miliar dolar AS per tahun, sekaligus menjadi sumber hidup lebih dari 16 juta petani kecil. Namun, pasar kini tidak hanya menuntut harga kompetitif, melainkan juga keberlanjutan dan legalitas asal-usul produk.

pasar kini tidak hanya menuntut harga kompetitif, melainkan juga keberlanjutan dan legalitas asal-usul produk.

Tekanan Global Semakin Nyata

EUDR mewajibkan setiap komoditas yang masuk ke pasar Uni Eropa terbukti bebas deforestasi. Amerika Serikat memperketat pasokan lewat US Forest Act, Inggris dengan UK Forest Risk Commodities, dan Tiongkok melalui Green Value Chains. Tanpa sistem nasional kredibel, produk Indonesia berisiko ditolak, terkena hambatan nontarif, atau kehilangan pangsa pasar utama.

Read also:  Perkuat Pasar Karbon, KLH Resmi Teken MRA dengan GCC dan Plan Vivo

Beberapa komoditas utama yang menghadapi tekanan ini antara lain:

  • Sawit. Ekspor 2023 mencapai 28,6 juta ton senilai 25,07 miliar dolar AS. Meski volume naik, nilainya turun hampir 19% akibat fluktuasi harga dan regulasi.
  • Kopi. Ekspor 2022 senilai 1,14 miliar dolar AS, naik dari 2021, namun tren harga dan volume tetap berfluktuasi.
  • Karet rakyat. Lebih 80% dikelola petani kecil. Produksi menurun rata-rata 3,4% per tahun (2019–2023). Tanpa keterlacakan kuat, sulit menembus pasar premium.
  • Kakao. Posisi Indonesia sebagai produsen utama melemah akibat produktivitas rendah, hama, dan minim regenerasi petani. Uni Eropa kini mewajibkan keterlacakan kakao, sehingga tanpa sistem nasional, akses pasar terancam.

Tantangan Domestik

Selain tekanan global, tantangan besar juga datang dari dalam negeri. Petani kecil menghadapi keterbatasan teknologi, legalitas lahan, dan biaya sertifikasi.

Petani karet di Jambi menilai peta poligon, data geolokasi, dan legalitas lahan sebagai beban berat. Petani kakao di Sulawesi, Papua Barat, dan Bali menghadapi masalah legalitas lahan (80% belum bersertifikat), rantai pasok panjang, serta biaya sertifikasi tinggi. Petani sawit rakyat di Sumatera Utara khawatir tersisih karena tidak mampu memenuhi persyaratan GPS dan dokumen digital. Petani kopi di Jawa Barat bahkan berisiko ditolak pasarnya karena lahan warisan tidak bersertifikat.

Read also:  Bisik-bisik tentang Sertifikasi: Mengapa MSPO Diakui, ISPO Dikesampingkan

Semua ini menunjukkan tantangan domestik bersifat struktural: akses terhadap teknologi, legalitas, dan pembiayaan masih sangat terbatas. Tanpa dukungan, petani kecil bisa tersingkir dari pasar global, padahal mereka tulang punggung produksi.

Mengapa NDKS Menjadi Jawaban

NDKS yang dirancang sejak 2023 hadir bukan hanya untuk menjawab EUDR, melainkan juga melayani kebutuhan multipasar: Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, hingga domestik.

Lebih dari Sekadar Eropa

EUDR memang menjadi pemicu, tetapi pasar lain juga menuju tuntutan serupa. Tiongkok, importir utama sawit Indonesia semakin menuntut produk legal dan berkelanjutan. Jepang dan Korea Selatan pun memperketat standar rantai pasok. Karena itu, NDKS harus dilihat sebagai sistem keterlacakan nasional untuk semua pasar, bukan hanya Eropa.

Dua Pilar Manfaat NDKS

Pertama, menjawab regulasi global multipasar dengan satu sistem yang diakui pemerintah. NDKS bisa menjadi multi-passport system bagi komoditas strategis.

Kedua, memperkuat tata kelola nasional dengan satu sumber data terpadu (single source of truth). Data ini mendukung kebijakan produksi, distribusi, hingga subsidi tepat sasaran. Petani mendapat insentif transparan, industri memperoleh kepastian, dan pemerintah memiliki basis kuat untuk diplomasi.

Instrumen Ekonomi-Politik

NDKS bukan sekadar sistem teknologi, melainkan instrumen ekonomi-politik. Data keterlacakan kini menjadi aset strategis, setara cadangan devisa atau sumber daya alam. Siapa menguasai data, dialah yang menentukan arah perdagangan.

Read also:  Dari Desa ke Panggung Global: Diplomasi Petani Perempuan Indonesia Menghadapi EUDR

Data keterlacakan kini menjadi aset strategis, setara cadangan devisa atau sumber daya alam. Siapa menguasai data, dialah yang menentukan arah perdagangan.

Di Tingkat Global

NDKS memberi posisi tawar baru. Dengan sistem nasional kredibel, Indonesia bisa menegosiasikan kesetaraan dalam regulasi internasional. Melalui ND Notes, Indonesia dapat membuktikan komoditasnya bebas deforestasi. Perdebatan pun bergeser: bukan soal kualitas produk, melainkan pengakuan atas sistem nasional.

Dalam forum Joint Task Force EUDR, misalnya, NDKS bisa diajukan sebagai pilot project. Jika Uni Eropa menerima ND Notes, maka Indonesia tidak hanya bertahan dari tekanan regulasi, tetapi juga menciptakan preseden bahwa standar lokal bisa diakui setara global.

Di Tingkat Regional dan Domestik

NDKS berpotensi menjadi model di ASEAN melalui ASEAN Traceability Framework maupun forum BRICS+. Hal ini akan memperkuat posisi tawar kolektif negara produsen dan menempatkan Indonesia sebagai pusat inovasi data berkelanjutan.

Secara domestik, NDKS mengurangi ketergantungan pada data importir. Data produksi hingga ekspor terintegrasi dalam satu dashboard, memperkuat kedaulatan data, sekaligus menjadi negotiation tool dan strategic leverage dalam perdagangan global.

Looking Forward

NDKS bukan sekadar jawaban teknis atas regulasi hijau, melainkan lompatan strategis untuk perdagangan berkeadilan, berdaulat, dan berkelanjutan. Petani kecil tidak boleh jadi korban aturan global, melainkan aktor utama rantai pasok berkelanjutan. Inilah saatnya Indonesia menjadikan data sebagai kekuatan diplomasi ekonomi dan ikut membentuk aturan global. ***

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Libatkan Masyarakat Adat, Selamatkan Satwa Liar

Oleh: Ihwan, S.Sos., M.Si. (Analis Kebijakan Ahli Madya, Kementerian Kehutanan) Ecobiz.asia - Penurunan populasi satwa liar global sebesar 73 persen sejak 1970 hingga 2020 menjadi...

Bisik-bisik tentang Sertifikasi: Mengapa MSPO Diakui, ISPO Dikesampingkan

Oleh:Diah Suradiredja (Pemerhati perdagangan komoditas berkelanjutan) Ecobiz.asia - Uni Eropa (UE) bulan ini mengumumkan pengakuan terhadap Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) sebagai standar kredibel untuk...

Dari Desa ke Panggung Global: Diplomasi Petani Perempuan Indonesia Menghadapi EUDR

Oleh: Diah Suradiredja (Pemerhati Perdagangan Komoditas Berkelanjutan) Ecobiz.asia - Uni Eropa berencana mengimplementasikan European Union Deforestation-Free Regulation (EUDR) pada akhir Desember 2025. Regulasi ini lahir dari niat...

Antara Komoditas Kelapa dan Sawit

Oleh: Pramono Dwi Susetyo (Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Ecobiz.asia - Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 tentang “Luas Tanaman Perkebunan...

Perkuat Pasar Karbon, KLH Resmi Teken MRA dengan GCC dan Plan Vivo

Ecobiz.asia – Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH)) resmi menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan pengembang sertifikat karbon sukarela Global Carbon Council (GCC)...

TOP STORIES

GEMS Targetkan 100 EV Truck Hauling Batu Bara Beroperasi di Site BIB Akhir Tahun Ini

Ecobiz.asia - Perusahaan tambang batu bara PT Golden Energy Mines Tbk (IDX: GEMS) terus memperluas upaya dekarbonisasi operasional dengan menargetkan penggunaan hingga 150 unit...

Libatkan Masyarakat Adat, Selamatkan Satwa Liar

Oleh: Ihwan, S.Sos., M.Si. (Analis Kebijakan Ahli Madya, Kementerian Kehutanan) Ecobiz.asia - Penurunan populasi satwa liar global sebesar 73 persen sejak 1970 hingga 2020 menjadi...

Gakkum Kehutanan Bongkar Perdagangan Satwa Dilindungi di Gowa, 48 Burung Junai Emas Diamankan

Ecobiz.asia – Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan melalui Balai Gakkum Kehutanan Wilayah Sulawesi mengamankan seorang pelaku perdagangan satwa liar dilindungi di Kabupaten Gowa. Dalam operasi...

Manfaatkan Panas Bumi, PGE-Toyota Jalin Kerja Sama Kembangkan Ekosistem Green Hydrogen

Ecobiz.asia – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) menandatangani Joint Declaration dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) untuk pengembangan ekosistem green...

Rimba Collective Launches Forest Project in Philippines to Cut 2.7 Million Tonnes Carbon

Ecobiz.asia – The Rimba Collective, a long-term conservation finance initiative managed by Singapore-based Lestari Capital, has expanded to the Philippines with the launch of...