Ecobiz.asia – Sekretariat Perubahan Iklim Nasional (NCCS) bersama Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura akan mengontrak 2,175 juta ton kredit karbon berbasis alam (nature based) dari empat proyek di Ghana, Peru, dan Paraguay.
Langkah ini merupakan hasil dari proses lelang (Request for Proposal/RFP) yang diluncurkan pada September 2024 untuk mendukung target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC) Singapura tahun 2030 sesuai Persetujuan Paris.
Demikian dikutip dari siaran pers NCCS, Senin (22/9/2025).
Singapura menargetkan emisi bersih nol pada 2050 dan menurunkan emisi hingga sekitar 60 juta ton setara CO₂ pada 2030.
Namun, sebagai negara kepulauan kecil dengan sumber daya alam terbatas, Singapura mengandalkan beragam jalur dekarbonisasi termasuk pajak karbon, impor energi terbarukan, serta teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon. Kredit karbon berbasis Pasal 6 Persetujuan Paris menjadi jalur pelengkap penting untuk mencapai target tersebut.
Dari proses seleksi, empat proyek dipilih, yaitu Kowen Antami REDD+ dan Together for Forests REDD+ di Peru, Boomitra Grassland Restoration Project di Paraguay, serta Kwahu Landscape Restoration Project di Ghana.
Kredit karbon yang dikontrak senilai sekitar 76 juta dolar Singapura ini akan dialokasikan untuk periode 2026–2030.
Proyek-proyek tersebut mencakup pencegahan deforestasi, restorasi padang rumput melalui pengelolaan berkelanjutan, serta reforestasi lahan terdegradasi.
Selain berkontribusi pada pengurangan emisi, proyek juga membawa manfaat tambahan seperti peningkatan kualitas air, konservasi keanekaragaman hayati, dan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.
Seluruh proyek harus menggunakan metodologi yang disepakati secara bilateral dengan negara tuan rumah serta memperoleh otorisasi sesuai perjanjian implementasi antar pemerintah.
Hingga kini, Singapura telah menandatangani sembilan perjanjian implementasi dengan Bhutan, Chili, Ghana, Papua Nugini, Peru, Paraguay, Rwanda, Thailand, dan Vietnam.
Sebagai bagian dari komitmen, Singapura juga akan menyalurkan 5% dari nilai kredit karbon yang diotorisasi untuk mendukung langkah-langkah adaptasi iklim di negara tuan rumah. ***