Ecobiz.asia — PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menerapkan Program Green Air Conservation: After Burner Preservation di Lapangan Peciko, Kalimantan Timur, sebagai langkah untuk meningkatkan keselamatan operasi sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Program ini menandai berakhirnya penggunaan metode liquid burning dalam pengelolaan fluida cair hasil operasi sumur.
General Manager PHM Setyo Sapto Edi mengatakan inisiatif ini merupakan bagian dari transformasi operasional perusahaan menuju praktik hulu migas rendah karbon, sejalan dengan target net zero emission Indonesia pada 2060.
“Penghentian metode liquid burning dan preservasi burner menjadi bukti nyata bahwa PHM bergerak ke arah operasi yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Sebagai pengganti, PHM memasang fixed offloading pump di anjungan lepas pantai Peciko. Alat ini memungkinkan cairan dari sumur dipindahkan dan dimanfaatkan kembali tanpa harus dibakar, sehingga produksi dapat berjalan lebih bersih.
Program ini difokuskan pada unit liquid burner di tujuh platform Peciko, dengan implementasi perdana di platform MWP-B pada 2025.
Selain melepas dan mengamankan peralatan burner yang sudah tidak terpakai, kegiatan preservasi dilakukan dengan perencanaan strategis dan koordinasi lintas fungsi, melibatkan tim produksi, perawatan, logistik, konstruksi, hingga well intervention. ***