Ecobiz.asia — Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk, Hilmi Panigoro, menyampaikan bahwa salah satu faktor utama yang menjadi perhatian investor dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia adalah tingkat pengembalian investasi (return on investment/ROI) yang dinilai masih kurang menarik.
“Yang paling penting memang harga. Terus terang, return dari proyek-proyek geothermal saat ini relatif rendah, hanya mendekati 10 persen atau bahkan di bawah itu,” ujar Hilmi dalam pernyataannya kepada media di sela-sela peresmian PLTP Ijen Geothermal Unit 1 Blawan di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Kamis (26/6).
Baca juga: MedcoEnergi Mulai Operasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya 25MWp di Bali Timur
Menurutnya, para investor mengharapkan ROI di sektor ini bisa mencapai minimal 12 persen agar lebih sebanding dengan risiko dan kompleksitas yang dihadapi dalam pengembangan proyek panas bumi.
Hilmi mengapresiasi pernyataan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia dalam sambutannya di acara peresmian PLTP Ijen Unit 1, yang mengusulkan skema harga awal sekitar 9,5 sen per kWh untuk proyek geothermal dengan medan dan kondisi bawah permukaan (subsurface) yang tidak terlalu kompleks. Skema ini dinilai bisa menjadi jalan tengah untuk menarik lebih banyak investasi ke sektor tersebut.
“Kalau medannya tidak terlalu kompleks, itu bisa dicapai. Tapi tentu harus dilihat secara case by case,” ujar Hilmi.
Lebih lanjut, Hilmi menyampaikan bahwa hasil pembicaraannya dengan Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo sebagai pembeli utama listrik panas bumi juga menunjukkan sinyal positif. “Beliau sangat setuju bahwa ke depan semua proyek geothermal harus bersifat win-win. Pemerintah mendapatkan manfaat, dan investor juga memperoleh tingkat pengembalian yang layak,” tambahnya.
Baca juga: Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Terbarukan, PLTP dan PLTS Baru Hadir di 15 Provinsi
Pernyataan ini menegaskan pentingnya kolaborasi erat antara pemerintah, investor, dan offtaker seperti PLN, guna mempercepat pengembangan energi panas bumi yang lebih kompetitif dan berkelanjutan di Indonesia.
Sementara itu saat disinggung apakah Medco akan menerbitkan obligasi sepesifik khusus untuk membiayai eksplorasi lebih jauh panas bumi Hilmi mengatakan obligasi tersebut tidak ada spesifik untuk apa.
“Yang jelas kita manage keuangan ini mencari yang paling murah. Kalau yang paling murah itu perbankan ya kita ambil dari perbankan. Tapi kalau obligasi lagi murah kita ambil obligasi. Jadi berbanding waktu ke waktu kita bisa berubah. Hari ini emang kebetulan obligasi kita paling banyak. Karena memang saatnya waktu itu tepat untuk bisa mengeluarkan obligasi dengan bunga yang kompetitif. Tapi kuncinya itu, kapan kita bisa menerbitkan instrumen keuangan yang memberikan pricing yang paling kompetitif,” kata Hilmi.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Eka Satria Direktur Utama PT Medco Power Indonesia menambahkan bahwa Medco Power Indonesia tidak hanya sebagai IPP, tetapi juga sebagai O&M Company. “Jadi jumlah listrik yang kita operasikan dan miliki itu sekitar 3.400-an MW.
Tapi kalau yang sendiri kita miliki, yang kita juga operasi dan juga kita punya itu sekitar seribuan MW,” kata Eka. Menurut Eka, Medco akan berusaha untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listriknya sebanyak mungkin.
Saat ditanya terkait target penambahan kapasitas tersebut Hilmi Panigoro menambahkan. “Saya sih targetnya dobel. tapi subject keekonomian ya. Kalau kita bisa melakukan proyek dengan return baik, kita akan kejar,” tandas Hilmi. ***