Roma – Perubahan iklim menjadikan tekanan kepada hutan seperti kebakaran dan serangan hama meningkat.
Demikian laporan terbaru Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO, “The State of the World’s Forests 2024: Forest-sector innovations towards a more sustainable future” (SOFO 2024).
Laporan tersebut dirilis pada pertemuan Committee on Forestry (COFO) FAO ke 27, di markas besar FAO, Roma, Italia, Senin, 22 Juli 2024.
COFO adalah badan pengelola kehutanan tertinggi FAO, yang bertugas mengidentifikasi isu kebijakan dan teknis yang muncul, mencari solusi, dan memberi saran aksi yang perlu dilakukan kepada FAO.
SOFO 2024 menyebutkan ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan iklim membuat hutan lebih rentan.
Intensitas dan frekuensi kebakaran hutan meningkat, termasuk di area yang sebelumnya tidak terpengaruh, dengan kebakaran pada tahun 2023 melepaskan sekitar 6.687 megaton karbon dioksida secara global.
Kebakaran hutan boreal sebelumnya bertanggung jawab atas sekitar 10 persen emisi karbon dioksida global. Pada tahun 2021, kebakaran di wilayah itu mencapai rekor tertinggi baru, terutama disebabkan oleh kekeringan yang berkepanjangan yang menyebabkan peningkatan dampak kebakaran dan konsumsi bahan bakar, dan menyumbang hampir seperempat dari total emisi kebakaran hutan.
Perubahan iklim juga membuat hutan lebih rentan terhadap spesies invasif, dengan serangga, hama, dan patogen penyakit yang mengancam pertumbuhan dan kelangsungan hidup pohon.
Nematoda telah menyebabkan kerusakan signifikan pada hutan pinus asli di beberapa negara di Asia, dan wilayah Amerika Utara, dan diproyeksikan akan mengalami kerusakan parah akibat serangga dan penyakit pada tahun 2027.
Sementara itu produksi kayu global terus meningkat. Setelah penurunan singkat selama pandemi COVID-19, produksi kembali sekitar 4 miliar meter kubik setiap tahun.
Hampir 6 miliar orang menggunakan produk hutan non-kayu, dan 70 persen orang miskin di dunia bergantung pada spesies liar untuk makanan, obat-obatan, energi, pendapatan, dan tujuan lainnya.
Proyeksi menunjukkan bahwa permintaan kayu bulat global dapat meningkat hingga 49 persen antara tahun 2020 dan 2050.
Menghadapi tantangan tersebut, SOFO 2024 berpendapat bahwa inovasi di sektor kehutanan adalah kunci penting untuk kemajuan menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
“FAO mengakui bahwa sains dan inovasi adalah bahan penting untuk mencapai solusi berbasis hutan,” tulis Direktur Jenderal FAO QU Dongyu dalam Pengantar laporan tersebut.
“Edisi SOFO ini akan menginformasikan pekerjaan FAO untuk meningkatkan inovasi berbasis bukti di bidang kehutanan. Saya percaya ini juga akan mendukung Anggota FAO dan pemangku kepentingan lainnya dalam memungkinkan inovasi yang bertanggung jawab, inklusif, dan penting di sektor kehutanan untuk memperkuat keberlanjutan dan ketahanan sistem pangan untuk dunia yang lebih baik dan masa depan yang lebih baik bagi semua.”
SOFO 2024 mengidentifikasi lima jenis inovasi yang meningkatkan potensi hutan untuk mengatasi tantangan global yaitu teknologi, sosial, kebijakan, kelembagaan, dan keuangan.
Contohnya termasuk potensi Artificial Intelegent (AI) untuk memfasilitasi analisis otomatis dalam pemetaan; pemanfaatan kayu dan inovasi berbasis kayu lainnya yang dapat menggantikan produk berbasis fosil di sektor bangunan; kebijakan yang bertujuan untuk melibatkan perempuan, pemuda, dan Penduduk Asli dalam mengembangkan solusi yang dipimpin secara lokal; dan inovasi dalam keuangan sektor publik dan swasta untuk meningkatkan nilai tegakan hutan.
***