Ecobiz.asia — Kelompok Tani Cinta Mangrove, pengelola perhutanan sosial di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, berhasil meraup pendapatan hingga Rp2 miliar per tahun dari usaha wisata alam berbasis hutan mangrove.
Kesuksesan ini menjadikan kelompok tersebut contoh inspiratif penggerak ekonomi hijau berbasis masyarakat.
Dengan memanfaatkan hutan mangrove secara lestari, kelompok ini mengembangkan ekowisata yang mencakup jungle track, wisata kuliner, paviliun Jepang, panahan, pemancingan, hingga budidaya kepiting bakau.
Wisata yang dikelola sekitar empat tahun terakhir tersebut menarik ribuan pengunjung, baik untuk rekreasi, menikmati udara segar, maupun memancing. Keberhasilan ini membuat Kelompok Tani Cinta Mangrove resmi naik kelas menjadi platinum pada Juli 2025 melalui KUPS Jasa Lingkungan Wisata Kampung Kito.
Selain memberikan manfaat ekonomi, kawasan mangrove kelolaannya juga menjadi lokasi penting konservasi burung migran dari Rusia dan Cina, yang setiap tahun singgah di pesisir Pantai Timur Kabupaten Batu Bara.
Potensi ini berpeluang dikembangkan sebagai ekowisata berbasis minat khusus seperti pengamatan burung, sekaligus memperkuat usulan kawasan tersebut masuk dalam jaringan Flyway Network Site (FNS) dalam kerangka Jalur Terbang Asia Timur–Australasia.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, bersama Wamenhut Sulaiman Umar Siddiq, meninjau langsung kawasan ini pada Rabu (10/9/2025).
Menhut menegaskan komitmen pemerintah menjadikan perhutanan sosial sebagai motor penggerak ekonomi hijau. “Dengan kebersamaan, kita bisa menjadikan perhutanan sosial sebagai motor penggerak ekonomi hijau yang berkelanjutan,” ujarnya.
Kunjungan tersebut juga dihadiri Bupati Batu Bara Baharuddin Siagian, jajaran Kementerian Kehutanan di Sumatera Utara, serta masyarakat setempat. Pemerintah daerah menyatakan dukungannya untuk memperkuat pengembangan kelompok tani mangrove.
Menhut mengatakan, sinergi lintas pihak, pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, akademisi, hingga masyarakat menjadi kunci keberhasilan perhutanan sosial. Kelompok Tani Cinta Mangrove pun diharapkan menjadi model bagi pengelolaan hutan berbasis masyarakat di berbagai daerah Indonesia. ***