MORE ARTICLES

Sadot Group Ambil Saham Proyek Karbon Biru di Riau, Targetkan 1,2 Juta Kredit Karbon

MORE ARTICLES

Ecobiz.asia — Sadot Group Inc., perusahaan agrifood global asal Amerika Serikat, resmi mengambil 37,5% saham di Special Development Group (SDG), entitas lokal yang mengelola proyek restorasi karbon berbasis alam di Kepulauan Riau, Indonesia.

Langkah ini menandai ekspansi strategis Sadot dalam mendekarbonisasi rantai pasok komoditas global melalui solusi berbasis ekosistem.

Proyek yang menggandeng 11 komunitas pesisir adat itu menargetkan penerbitan 1,1 hingga 1,2 juta unit kredit karbon bersertifikasi tinggi dari restorasi gambut dan mangrove yang merupakan penyerap karbon paling efektif di dunia.

“Proyek ini memperkuat sinergi operasional dan mendukung target dekarbonisasi kami di sektor gandum, protein, dan logistik,” kata Chagay Ravid, CEO Sadot Group, dalam keterangannya, Rabu (23/7/2025).

“Kredit karbon berbasis alam akan menjadi bagian sentral dalam pembiayaan, regulasi, dan pengukuran rantai pasok di masa depan.”

Sebagian dari kredit karbon yang dihasilkan akan digunakan untuk mengimbangi emisi langsung Sadot Group, memperkuat peta jalan perusahaan menuju net-zero.

Proyek ini juga menjadi bagian dari strategi ESG Sadot yang lebih luas, termasuk praktik pertanian regeneratif, logistik rendah emisi, dan sistem rantai pasok yang dapat dilacak.

Menurut studi McKinsey & Company dan BCG, harga kredit karbon berbasis alam dengan kualitas tinggi diperkirakan bisa melonjak 3 hingga 10 kali lipat pada 2030, seiring meningkatnya permintaan korporasi dan pengetatan regulasi global.

Kredit karbon dari proyek ini akan divalidasi menggunakan metodologi internasional VM0007 (REDD+) dan VM0033 (restorasi lahan basah pasang surut), memastikan kepatuhan terhadap standar tertinggi dunia.

Sadot Group, yang berbasis di Burleson, Texas, beroperasi di berbagai negara dan sektor pangan global, termasuk perdagangan bahan pangan seperti kedelai, gandum, dan jagung, serta budidaya tanaman pangan dan perkebunan di Afrika Selatan. Pasar utama Sadot mencakup Asia Tenggara, Cina, Timur Tengah, dan Afrika Utara. ***

Read also:  Belajar dari Brasil, Bahlil Mau Tebu di Merauke Jadi Ethanol Saja

TOP STORIES

MORE ARTICLES

Kebakaran Lahan di Riau, KLH Segel Empat Perusahaan Perkebunan dan Hentikan Satu Pabrik Sawit

Ecobiz.asia — Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyegel empat perusahaan dan menghentikan operasional satu pabrik sawit di Provinsi Riau, menyusul...

Rawat Satwa Terancam Punah, Pertamina Dukung Pusat Rehabilitasi Orangutan di Kaltim

Ecobiz.asia — Pertamina Group menegaskan komitmen dalam menjaga kelestarian satwa dilindungi lewat dukungan pengembangan Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Fasilitas...

PLN Genjot Listrik Desa (Lisdes) di Papua, 4.310 Titik Jadi Target

Ecobiz.asia — Pemerintah terus mengejar ketertinggalan elektrifikasi di Papua. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT PLN (Persero) menggencarkan Program Listrik Desa...

Kemenhut Promosikan Peran Penting Gambut-Mangrove dalam Agenda Iklim dan SDGs di Forum Internasional

Ecobiz.asia — Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menegaskan komitmen Indonesia dalam perlindungan dan pengelolaan ekosistem hutan gambut dan mangrove sebagai solusi berbasis alam untuk pengendalian perubahan...

Wamen Diaz Beberkan Potensi Bisnis Sampah di Daerah: Jadi Bahan Bakar Industri dan Pembangkit Listrik

Ecobiz.asia — Wakil Menteri Lingkungan Hidup/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Diaz Hendropriyono, menyerukan keterlibatan sektor swasta dalam menghadapi krisis iklim dan darurat...