Ecobiz.asia — Sebanyak 30 penyuluh kehutanan mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) tentang budidaya aren dan produksi gula aren di Banten, yang bertujuan memperkuat peran penyuluh dalam mendorong pengelolaan hutan berkelanjutan dan memberdayakan ekonomi masyarakat melalui hasil hutan bukan kayu.
Bimtek tentang budidaya aren dan produksi gula aren diselenggarakan di Kelompok Tani Hutan (KTH) Mitra Mandala, Desa Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada 28–30 Oktober 2025.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Indra Eksploitasia Semiawan dalam pernyataannya, Kamis (30/10/2025) menjelaskan, pihaknya terus memperkuat kapasitas penyuluh di seluruh Indonesia untuk mendorong lahirnya masyarakat hutan yang mandiri, produktif, dan berdaya saing global. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran yang dapat direplikasi di berbagai daerah.
Indra mengungkapkan pentingnya dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk Forestry Human Excellence, yaitu SDM kehutanan yang unggul, adaptif, dan berdaya saing.
Peserta bimtek merupakan penyuluh berasal dari berbagai instansi, termasuk Balai Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Wilayah I, IV, dan VI, Balai Perhutanan Sosial Medan, BBKSDA Sumatera Utara, UPTD KPH Wilayah II Pematang Siantar, Balai Taman Nasional Lore Lindu, dan Cabang Dinas Kehutanan (CDK) wilayah VIII dan IX Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendekatan Wanawiyata, yaitu belajar langsung dari praktik terbaik masyarakat sekitar kawasan hutan.
KTH Mitra Mandala, yang dipimpin oleh Haji Anwar, telah berhasil mengembangkan usaha gula aren dengan prinsip kelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
KTH Mitra Mandala kini memproduksi 400–600 kilogram gula aren setiap bulan dan telah menembus pasar ekspor ke Asia, Eropa, dan Amerika.
Selama tiga hari, para peserta belajar tentang proses pembibitan, penyadapan nira aren, perebusan, pencetakan, pengkristalan gula aren, pengemasan, hingga pemasaran produk.
Pelatihan ini tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga menekankan pentingnya pendampingan masyarakat secara partisipatif. Penyuluh diharapkan dapat mentransfer pengetahuan dan praktik baik ini kepada kelompok tani lainnya di wilayah mereka.
Kepala Pusat Penyuluhan Kemenhut Wahju Rudianto, menambahkan bahwa peran penyuluh kehutanan di tingkat tapak sangat penting dalam mengubah mindset dan perilaku masyarakat.
“Penyuluh kehutanan adalah ujung tombak pembangunan kehutanan di tingkat tapak. Dengan pelatihan ini, mereka dibekali kemampuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat melalui hasil hutan bukan kayu yang lestari,” katanya. ***



 
                                    
